Tak lama kemudian mereka mulai membabat hutan. Tempat itu sekarang disebut sebagai Desa Ngrejoso. Setelah membabat hutan cukup luas, Kiai Siti Geseng merasa letih, kemudian beristirahat, mencari tempat yang dekat dengan mata air.
Di sana Kiai Siti Geseng memohon kepada Allah agar keinginannya terwujud tanpa hambatan dan tempatnya beristirahat dapat ditempati anak cucu. Tempat itu sekarang dinamai Luweng Sewu, yang sekarang berada di Desa Sukoharjo, Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan.
Jarak dengan Ngrejoso kira-kira berjarak 2,5 pal. Kiai Siti Geseng tinggal di sana hingga beberapa saat lamanya. Setelah cukup lama beristirahat dan kekuatannya pulih kembali, dia menengok tempat pembabatan hutan. Kiai Siti Geseng melihat bahwa tongkat yang ditancapkannya dapat hidup dan tumbuh cukup besar.
Konon hingga sekarang bambu petung itu masih ada dan dikeramatkan oleh penduduk di desa itu serta desa-desa sekitarnya. Namun, rumpun bambu itu tidak dapat beranak pinak.
Rumpun itu dari dulu hingga sekarang hanya berisi dua batang bambu. Jika ada anakannya yang tumbuh, satu induknya pasti meranggas dan tiada berapa lama lalu mati. Sejak saat itu Kiai Siti Geseng disebut dengan nama Kiai Petung.
Editor : Nur Ichsan Yuniarto
Artikel Terkait