"Saya kejar hutang ke siapa. Lalu saya minta nomor rekening dan nomor handphone yang akan dibayar, kok katanya jauh di luar kota," kata dia.
Setelah mendapat nomor handphone, Amin menyimpan di gadget milinya. Ternyata di tertera profil Kholil. "Saya mengira uang itu buat bayar kos-kosan. Sebagai pancingan tetap saya transfer," katanya.
Sejak saat itulah Amin menelusuri keberadaan Kholil. Hingga pada akhirnya hubungan gelap istrinya dan Kholil terbongkar. Amin memergoki sendiri istrinya keluar dari kamar kos Kholil di kawasan Nginden. "Saya minta istri saya untuk menunjukka kamarnya Kholil," ujarnya.
Sebagai suami, Amin naik pitam karena merasa dihianati. Niat baiknya dibalas dengan perselingkuhan. Padahal, sebelumnya Amin sudah pernah berbicara empat mata dengan Kholil, jika menghendaki istrinya jangan diam-diam. Dia rela menceraikan istrinya agar bisa hidup halal bersama Kholil.
"Begitu saya dapati Kholil berada di kamar kos, saya langsung taburi dia dengan pasir agar lumpuh dan mudah saya hajar. Tapi situasinya banyak orang. Saya dan Kholil dipegangi orang banyak hingga tidak berdaya," paparnya.
Dari situ, Amin teringat bahwa di sakunya tersimpan pisau ayam potong. Pisau itu niatnya untuk menyayat ayam dagangan milik keponakannya di pasar. "Lalu saya ambil pisau dan saya tusukkan ke Kholil. Karena mau mukul gak bisa," kata dia.
Peristiwa penusukan itulah yang mengantarkan Amin ke jeruji besi. Ia dibawal oleh warga ke polisi dan harus mempertanggungjawabkan kelalaiannya.
Di balik jeruji besi yang pengap, Aminudin justru mendapatkan hikmahnya. Ilmu agama yang dia miliki menjadi penyejuk panas dan sempitnya bui. Di balik jeruji besi, Amin kerap melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran hingga menarik minat narapidana lainnya. Puluhan tahanan tergerak menjadi santri Aminudin.
"Setiap dua bulan Alhamdulillah bisa khataman sampai delapan kali. Mereka (para teman tahanan) sudah saya anggap seperti anak saya sendiri karena saya yang paling tua," ujarnya.
Di dalam sel, Amin tidak bisa meninggalkan kebiasaannya. Dia terus melakukan puasa sunah Daud seperti kebiasaan sebelumnya saat belum tersangkut kasus pidana. Jatah makan dia berikan kepada tahanan lain yang didominasi anak-anak muda.
Aminudin berharap, virus kebaikannya yang ditebar bisa diterima Tuhan dan menjadi ladang penghapus kekhilafannya. "Umur sudah senja. Ibadah saja. Insyallah semua saya lakukan untuk Allah dan anak-anak saya," katanya.
Editor : Ihya Ulumuddin
Artikel Terkait