Tempe buatan Hadi memang terbilang laris. Dibantu empat karyawan serta anak dan istrinya, sehari dia mampu memproduksi 150 kilogram tempe dengan berbagai macam ukuran.
Tempe-tempe itu lalu dijual ke Pasar Legi, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto. Tempe dijual dengan harga Rp12.000 per biji untuk tempe model plastik lonjong. Sedangan untuk ukuran panjang dan lebar dijual dengan harga Rp60.000 per lembar.
Abdul Hadi mengaku selain kedelai yang naik, penjualan di pasar juga menurun. Namun dia tak mengetahui pasti penyebab kenaikan harga tersebut. "Tapi enggak tahu kenapa merosot. Mungkin daya beli masyarakat turun," katanya.
Dia berharap pemerintah segera turun tangan mengatasi mahalnya harga kedelai. Sebab, jika naik terus, para perajin tempe seperti dirinya terancam bangkrut karena tidak berani menaikkan harga di pasar.
Editor : Ihya Ulumuddin
Artikel Terkait