"Saya menjadi jadi staf Bagian Pembangunan tahun 1994. Saya coba cari di arsip desa tidak ada. Kalau data eks tapol (tahanan politik) sudah tidak ada, sejak Gus Dur jadi Presiden itu sudah dihapus. Dulu kalau ada eks tapol meninggal harus dilaporkan ke Koramil dan Kodim, saya yang bagian laporan," ucap pria berusia 49 tahun ini.
Kholil mengungkapkan, Desa Curahmalang memang merupakan salah satu desa di Jombang yang memiliki tapol imbas tragedi 30 September 1965 terbesar. Menurut Kholil pada tahun 1994 saja, masih ada sekitar 450-an data eks tapol yang masih hidup. Namun dari sekian banyak eks tapol, kata Kholil tidak ada satupun nama keluarga Semaoen.
"Tidak ada setahu saya waktu itu. Ya baru tahun kemarin itu setelah muncul kabar Semaoen itu lahir di Curahmalang baru kami mengetahui. Tapi kalau data apapun tentang keluarga Semaoen di arsip desa tidak ada," ucap Kholil sembari menunjukan beberapa data kependudukan di Desa Curahmalang.
Kendati tak menemukan jejak keberadaan Semaoen di Curahmalang, Kholil meyakini Ketua Umum pertama PKI itu memang lahir dan besar di desa tersebut. Keyakinannya merujuk pada kabar yang menyebutkan, orang tua Semaoen merupakan pekerja di jawatan kereta api dan Curahmalang salah satu stasiun terbesar di Jombang zaman dahulu.
"Mungkin memang benar dia lahir di sini. Karena bapaknya pekerja di stasiun. Di dekat stasiun itu dulu ada perumahan pegawai tapi sudah dibongkar, mungkin juga tinggal di sana," kata Kholil.
Editor : Donald Karouw
Artikel Terkait