Pengajar di Prodi Psikologi Universitas Brawijaya Malang ini menerangkan, metode penelitian Single Subject Research (SSR) bisa dijadikan alternatif untuk menyembuhkan pengidap fetish tersebut.
"Terapi ini juga akan efektif untuk mereka yang mengalami gangguan fetish. Sebenarnya mereka yang mengalami gangguan fetish juga bukan keinginan mereka," tuturnya.
Oleh sebab itu, pentingnya dukungan untuk segala pihak dalam pengobatan dan terapi penderita fetish. Sebaliknya, ketika banyak pihak menghakimi pengidap fetish, kelainannya justru makin sulit disembuhkan.
"Mereka sebenarnya butuh bantuan kita untuk penyembuhan, sehingga jangan malah dihakimi karena sebenarnya mereka justru pengen yang normal. Siapa yang enggak mau normal. Karena itu, kita melihat dari berbagai kacamata," katanya.
Editor : Ihya Ulumuddin
Artikel Terkait