Chairil Anwar (foto: repro/ist dari Dolf Verspoor).

SURABAYA, iNews.id - Chairil Anwar merupakan penyair terkemuka Indonesia asal Medan Sumatera Utara yang lahir pada 26 Juli 1922. Sikap hidup Chairil Anwar yang senantiasa bebas merdeka terkadang membahayakan jiwanya, salah satunya soal insiden lukisan yang terjadi di masa penjajahan Jepang (1942-1945).

Entah mendapat dorongan dari mana. Suatu hari Chairil Anwar tiba-tiba ingin sosoknya muncul di atas permukaan kanvas lukisan. Ia pun mendatangi Sindoedarsono Soedjojono atau S Sudjojono yang belum lama menghuni sebuah rumah di jalan Segara, Jakarta.

“Ia minta dilukis mas Djon (S Sudjojono). Mas Djon bersedia dengan syarat, Chairil harus memberi cat zinkwit (cat putih), karena persediaan mas Djon sudah hampir habis,” kata Mia Bustam, istri S Sudjojono dalam buku Sudjojono dan Aku.

Sudjojono merupakan seorang perupa besar Indonesia yang kemudian dijuluki sebagai Bapak Seni Rupa Modern Indonesia. Sudjojono merintis pendirian organisasi Persatuan Ahli Gambar Indonesia (Persagi) dan Seniman Muda Indonesia (SIM).

Sebagai sesama seniman, Chairil Anwar bergaul dengan para perupa, terutama Affandi, dan lumayan akrab dengan Sudjojono dan keluarganya. Chairil tidak segera mengiyakan persyaratan Sudjonono yang meminta membawa cat zinkwit sendiri.

Pandangannya justru menjelajahi ruangan dan berhenti pada koleksi buku-buku Sudjojono dan Mia Bustam. Mata Chairil tertuju pada buku berjudul De Nieuwe Spijzen karya Andre Gide, sastrawan Prancis.

Buku Andre Gide itu milik Mia Bustam yang belum lama dibeli di pasar loak dengan harga murah. Di kalangan para seniman sudah tahu, bahwa Chairil Anwar yang masih kerabat Sutan Sjahrir itu, begitu memuja Andre Gide. Buku itu lantas dicomotnya.


Editor : Ihya Ulumuddin

Halaman Selanjutnya
Halaman :
1 2 3
BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network