TUBAN, iNews.id – Tanah liat bagi sebagian orang hanya dianggap sebagai gumpalan tanah tak berguna. Namun, bagi warga Kabupaten Tuban, tanah liat dari sawah dapat diolah menjadi camilan khas.
Jajanan atau camilan khas yang disebut dengan ampo itu biasanya diburu ibu-ibu hamil yang sedang ngidam. Tak hanya sebagai camilan biasa, ampo panggang juga digunakan sebagai jamu penghilang demam serta nyeri tulang.
Camilan ampo ini salah satunya diproduksi warga Desa Bektiharjo, Kecamatan Semanding. Pembuat ampo, Mbah Rasimah (85) mengatakan, hampir setiap hari mengumpulkan tanah liat dari sawah sekitar untuk membuat ampo.
Setelah tanah liat terkumpul, kata dia, kemudian diolah menjadi camilan. Namun tidak sembarang tanah liat dapat digunakan bahan baku membuat ampo.
“Tanah litanya harus bersih dari batu dan sedikit mengandung air,” katanya, Minggu (28/2/2021).
Cara membuat ampo, kata Rasimah, cukup sederhana. Tanah liat dipadatkan terlebih dahulu, kemudian disimpan beberapa hari. Selanjutnya, gumpalan tanah liat dikikis menggunakan sebatang bambu tajam hingga menghasilkan gulungan-gulungan tipis menyerupai astor.
Setelah itu, gulungan tanah liat ini dipanggang menggunakan cawan di atas tungku. Proses pemanggangan ini membutuhkan skill dan ketelatenan. Sebab, tungku tidak boleh mengeluarkan api dan hanya dibutuhkan asap panasnya saja.
“Pemanggangan berlangsung sekitar 15-20 menit hingga gulungan tanah liat kering. Selanjutnya camilan tanah liat bisa ditiriskan,” ujar Rasimah.
Setelah menjadi ampo, Rasimah kemudian menjualnya ke pasar. Namun tak jarang warga yang datang langsung ke rumah meminta untuk dibuatkan. Harga ampo cukup murah hanya Rp10.000 per kg.
Rasimah menambahkan, ampo merupakan camilan turun-temurun sejak jaman nenek moyang. Mbah rasimah merupakan generasi kelima yang menerima resep ini dari pendahulunya.
Editor : Kastolani Marzuki
Artikel Terkait