Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof Yudian Wahyudi saat ziarah ke makam Bung Karno di Blitar. (Foto: SINDOnews/Solichan Arif)

Kemudian dalam perjalanannya, masyarakat Indonesia mendaulat Gus Dur yang wafat 30 Desember sebagai Bapak Pluralisme Indonesia. 

Menurut Yudian secara simbolik pluralisme telah menyatu dengan cita cita masyarakat majemuk. Hal itu lalu ditindaklanjuti oleh Presiden Joko Widodo yang di periode kedua memberikan tempat bagi lawan politik utamanya. 

Presiden Jokowi mengangkat Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno menjadi menteri dalam pemerintahannya. Peristiwa politik tersebut pernah terjadi periode kedua Islam. Yakni setelah Nabi Muhammad wafat, dan Abu Bakar diangkat menjadi khalifah. Abu Bakar kemudian mengangkat lawan politik utamanya, yakni Abu Sofyan sebagai Gubernur. 

"Dalam sejarah Indonesia hal itu tidak pernah ada. Bahkan di luar negeri tidak pernah begitu," kata Yudian. 

Peristiwa politik yang ada di Indonesia tersebut, menurut Yudian merupakan perwujudan konsep Islam rahmatan lil alamin. Karenanya Yudian ingin menjadikan hal itu sebagai Hari   Perdamaian Politik Indonesia. 

Dia sengaja menegaskan diksi politik karena persoalan yang lain sudah damai. 

"Silakan berbeda pendapat. Tapi dalam tanda petik jangan sampai berlebihan," kata Yudian. 

Di makam Bung Karno rombongan BPIP menggelar doa tahlil bersama. Setelah dari Makam Bung Karno, rombongan sempat melakukan makan siang di Kota Blitar. Setelah itu mereka langsung bertolak ke Jombang untuk menziarahi makam Gus Dur. 


Editor : Kastolani Marzuki

Sebelumnya
Halaman :
1 2

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network