BANYUWANGI, iNews.id – Kakek penyandang tunanetra di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, menjadi muazin di sebuah masjid karena suaranya yang merdu. Ahmad Basri (61), membuktikan keterbatasan fisik bukanlah penghalang bagi seseorang untuk melakukan hal bermanfaat bagi banyak orang.
Warga Dusun Purworejo, Desa Kalipait, Kecamatan Tegaldlimo ini menjalankan tugasnya sebagai muazin dengan hati tulus tanpa mengharapkan pamrih. Karena Ahmad Basri mengalami kebutaan pada kedua matanya, sang istri selalu setia mengantarkan ke masjid.
Warga setempat selama ini mengenal Ahmad Basri yang akrab dipanggil Pak Mad karena suaranya yang lantang dan merdu. Kemampuannya itu pula yang membuat dia ditunjuk sebagai muazin di Masjid Baitul Muttaqin, Desa Kalipait. Dalam 10 tahun terakhir, Ahmad Basri bertugas menggemakan azan, memanggil jemaah untuk salat lima waktu.
Ahmad Basri mengisahkan, saat lahir, kondisinya normal dan tidak cacat seperti saat ini. Namun, indra penglihatan pekerja buruh tani ini mulai tidak berfungsi sejak tahun 2010 lantaran penyakit glaukoma yang dideritanya.
“Beberapa jenis pengobatan mulai dari tradisional hingga medis sudah saya coba, termasuk ke rumah sakit di Surabaya. Tapi, tidak ada yang berhasil mengembalikan indra penglihatan saya,” kata Ahmad Basri.
Namun, bagi Ahmad Basri, keterbatasan fisik bukan menjadi kendala untuk menjalankan ibadah. Meski tidak dapat melihat, keimanannya kepada Allah tetap menjadi yang utama. Lantaran penyakitnya itu semakin parah, Ahmad Basri memutuskan untuk menjadi muazin di masjid yang berjarak sekitar 400 meter dari rumahnya.
Keputusan Ahmad Basri mendapat dukungan dari keluarganya agar tetap kuat dan bertahan, terutama sang istri Siti Halimah (55). Dia merupakan sosok yang selalu mendukung dan memberi semangat meski suaminya hanya menjadi muazin di Masjid Baitul Muttaqin.
Untuk melaksanakan tugas sebagai tukang azan di masjid selama lima waktu tersebut, Pak Mad diantar istrinya. Sang istri menuntun Ahmad Basri menggunakan sepeda.
Editor : Maria Christina
Artikel Terkait