Tolak Tinggal di Pengungsian, Imigran Afganistan Tidur di Tepi Jalan
SIDOARJO, iNews.id - Puluhan imigran asal Afganistan terlantar di tepi jalan depan pengungsian Puspa Agro Taman, Sidoarjo, Jawa Timur, sejak Kamis (23/8/2018) malam tadi. Mereka terpaksa tidur di tepi jalan karena tidak ada fasilitas menginap di dalam pengungsian. Para imigran asal Afganistan ini merupakan penghuni Rumah Detensi Imigrasi Bangil, Pasuruan, yang hendak dipindah ke pengungsian orang asing Puspa Agro Sidoarjo.
Suasana di sekitar pengungsian orang asing di rumah susun Puspa Agro Taman, Sidoarjo, Jumat (24/8/2018) pagi tampak berbeda dibanding biasanya. Sejumlah imigran asing dari Afganistan tampak tidur dengan menggunakan alas seadanya di tepi jalan raya.
Mereka adalah bagian dari 64 orang imigran asal Afganistan yang dipindah dari rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Bangil, Pasuruan, ke pengungsian orang asing di Sidoarjo. Puluhan imigran Afganistan ini menolak tidur di dalam pengungsian karena kurangnya fasilitas yang ada di dalamnya.
Padahal pihak imigrasi telah bekerja sama dengan pihak kepolisian dan IOM maupun UNHCR selaku pihak yang memfasilitasi imigran asing, untuk meminta puluhan imigran Afganistan ini masuk ke pengungsian. Namun, mereka menolak dan lebih memilih tidur di tepi jalan raya.
Hingga kini, belum ada pernyataan resmi dari pihak imigrasi terkait dipindahkannya 64 imigran asal Afganistan dari Rudenim Bangil ke pengungsian Puspa Agro, Sidoarjo. Namun menurut keterangan imigran, perpindahan imigran ke pengungsian Puspa Agro Sidoarjo ini karena ada kebijakan dari Pemerintah Indonesia yang meminta pengosongan Rudenim dari imigran asing.
“Masalahnya di sini tidak ada fasilitas. Ruangannya juga kecil. Satu ruangan kami untuk dua orang. Listrik juga kurang. Kalau kami masak pakai kompor listrik, lampunya mati. Kami akan tetap di sini sampai pemerintah Indonesia mau menyiapkan tempat yang lebih layak,” kata salah seorang imigran asal Afganistan, Dzikri, Jumat (24/8/2018).
Sementara itu, terkait kondisi 64 imigran Afganistan yang hingga kini masih terlantar itu, sejumlah perwakilan dari imigrasi, IOM, maupun UNHCR masih menunggu pejabat terkait dari Jakarta untuk menetapkan tindak lanjut penanganannya.
Editor: Himas Puspito Putra