Sulitnya Temukan Hilal, Penampakan Bulan Sabit Tipis Penentu Awal Ramadhan

Konsep ini berbeda dengan penanggalan Masehi yang memakai acuan waktu midnight (00:00) sebagai tanda pergantian hari. Alasan lain rukyat dilakukan pada saat matahari tenggelam yakni intensitas cahaya hilal.
Sebagai bulan sabit yang sangat tipis, cahaya hilal lebih redup dibanding kecemerlangan latar langit atau cahaya matahari. Jarak (azimuth) bulan dan matahari yang terlalu dekat termasuk ketinggian, juga mengganggu cahaya hilal untuk dilihat.
Kendati matahari sudah tenggelam, cahaya hilal seringkali bias oleh sisa cahaya matahari di kaki langit. Tidak mudah memastikan kemunculan hilal dengan mata telanjang.
Penampakan hilal tidak bisa dipastikan melalui angan-angan atau dugaan serta keyakinan. Karena bisa jadi terhalang ufuk atau posisi hilal masih di bawah ufuk.
Karenanya betul- betul diperlukan upaya observasi, pengamatan atau rukyat di lapangan. Hal itu berdasarkan hadis nabi yang berbunyi:
“Berpuasalah kamu karena melihat hilal, dan berbukalah kamu karena melihat hilal. Jika terhalang (olehmu untuk melihat hilal) maka genapkanlah (istikmal) menjadi 30 hari” (HR.Muslim)
Editor: Ihya Ulumuddin