SUMENEP, iNews.id - Keluarga terduga pelaku penyerangan terhadap polisi di Polsek Wonokromo Surabaya, tak menyangka Imam Mustofa (30) melakukan tindakan teror. Sebab, tidak ada sikap yang aneh dari pelaku di lingkungan keluarganya.
Paman Imam Mustofa, Ibrahim mengatakan, Iman sosok yang pemalu dan tidak banyak melakukan hal-hal aneh. Selama ini, keluarga tak pernah curiga kalau pelaku ternyata menganut paham radikal, bahkan sampai menyerang polisi.

Perilaku Penyerang Polsek Wonokromo Berubah usai Merantau dan Ikut Pengajian
"Orangnya ramah. Tapi dia pemalu, tidak pernah ada komunikasi apa-apa dengan dia (yang aneh-aneh)," kata Ibrahim kepada wartawan di Kabupaten Sumenep Madura, Jatim, Senin (19/8/2019).
Sudah satu tahun terakhir ini, kata dia, Imam jarang pulang ke Sumenep dan lebih banyak di Surabaya. Keluarga menganggapnya, dia sibuk bekerja sebagai sales kerupuk. Kalau pun kembali hanya sebentar saja, tidak sampai menginap.

Reaksi Ponpes Al Amin soal Alumninya Jadi Pelaku Penyerangan Polsek Wonokromo
"Pernah hanya satu jam pulang ke rumah. Mungkin karena pesanan banyak," ujar dia.
Selain itu ketika pulang, Imam juga tampak jarang bersosialisasi. Dia lebih sering mengurung diri di dalam rumah saja. Namun pihak keluarga tak ambil pusing, karena sifat pemuda tersebut memang pemalu, jadi tidak ada yang aneh dengannya.
Belum lagi, istrinya tiba-tiba memakai cadar. Di satu sisi, kata dia, pihak keluarga menilai wajar, bahkan salut dengan keinginan istri Imam.
"Kami menganggapnya itu bagus. Tapi memang sebelumnya tidak pakai cadar, satu tahun terakhir ini saja dia berubah cara berpakaiannya," katanya.
Ibrahim dan keluarga kaget ternyata keponakannya itu berani berbuat teror. Dia tak tahu banyak mengenai keseharian Imam dan keluarganya selama berada di Surabaya, apalagi dia juga membawa anaknya ikut bersamanya ke kota tersebut.
"Anaknya juga dibawa ke Surabaya. Katanya tidak mau membebani orang tua," katanya.
Editor: Andi Mohammad Ikhbal













