Penambang Pasir Diduga Masih Banyak Tertimbun Material Vulkanis Gunung Semeru
LUMAJANG, iNews.id - Sejumlah penambang pasir diduga masih tertimbun materil vulkanis Gunung Semeru. Hingga sepekan erupsi Gunung Semeru, baru beberapa penambang yang ditemukan dalam kondisi meninggal dunia.
Tambang pasir di Pronojiwo memang menjadi mata pencaharian andalan warga sekitar. Banyaknya pasir material vulkanis Gunung Semeru di kawasan itu membuat warga sekitar, bahkan pengusaha luar daerah untuk datang mengeksplorasi.
Apalagi sejak erupsi Gunung Semeru di 2020 lalu, material vulkanik pasir yang keluar dari Gunung Semeru menjadi rebutan masyarakat. Setiap kali banjir lahar dingin keluar, material pasir selalu terbawa ke beberapa sungai yang jadi aliran di Sungai Semeru, di antaranya Sungai Sumbersari dan Sungai Besuk Kobokan,
Warga Dusun Umbulan, Desa Supiturang, Ponidi, mengakui, hampir sebagian besar warga di Kecamatan Pronojiwo ini mengandalkan matapencaharian sebagai penambang pasir. Begitu banjir lahar dingin surut, mereka umumnya langsung menambang pasir di tengah, tak perduli nyawa terancam.
"Kalau orang sini banjir lahar itu berkah. Biasanya habis itu mereka langsung berburu mencari pasir. Matapencaharian orang sini kebanyakan nambang (penambang pasir)," kata Ponidi, saat ditemui pada Sabtu (11/12/2021).
Dia juga merupakan satu dari ratusan penambang pasir yang kerap beraktivitas di Sungai Sumbersari dan Sungai Besuk Kobokan. Kendati memiliki area perkebunan cabai, tetapi hasil utama nafkahnya berasal dari penambang pasir.
"Kalau nambang pasir itu lebih menjanjikan memang, kalau nambang dapat Rp 150 ribu rata - rata sehari, paling sedikit sehari Rp 50 ribu. Itu biasanya saya kerja jam 7 pagi sampai jam 2 siang atau 4 sore," ungkap pria dengan tujuh orang anak.
Pendapatan itu dikatakan Ponidi bisa lebih dari Rp 150 ribu tergantung orang yang ikut menggali pasirnya. Satu penambang bahkan ada yang biasanya mendapat Rp 300 ribu per orang per hari. Hasil itu merupakan bagi hasil dari kuli penambang, supir truk, dan setoran yang diberikan ke pemilik truk dan sang juragan.
Nasib Ponidi beruntung, ia tak menjadi korban terkuburnya material erupsi Gunung Semeru. Mengingat ia sudah dua hari meliburkan diri menambang pasir lantaran merasa ada sesuatu yang mengganjal.
"Kayak sudah firasat nggak enak, makanya libur dua hari itu nambang. Kalau mungkin ikut nambang waktu itu, ya nggak tahu juga masih ada atau enggak saya, tetangga ada yang ikut kekubur," katanya.
Cerita Ponidi hampir sama dengan yang dialami Sulianto (21) ia merupakan penambang pasir yang tengah beraktivitas saat erupsi Gunung Semeru terjadi pada Sabtu 4 Desember 2021 lalu. Saat itu ia tengah menambang pasir di sekitar Sungai Sumbersari, dekat rumahnya dengan sembilan orang rekan seprofesinya.
"Waktu kejadian ada 9 orang, yang 7 orang itu bisa melarikan diri selamat. Yang dua orang yang saya kenal ini belum ketemu. Kalau yang lain banyak yang belum ketemu, tapi nggak kenal, tapi saya pastikan ada lebih dari lima orang," bebernya.
Pemuda ini beruntung melihat tand- tanda amukan gunung tertinggi di Pulau Jawa itu sesaat sebelum awan panas menyapu kawasan pertambangan pasir di kaki Gunung Semeru itu. "Waktu itu banjir terus saya lihat gunungnya itu nggak kelihatan asap tebal hitam, makanya 20 menitan saya langsung lari nggak tahu lagi gimana yang di bawah nambang," katanya.
Kini Ponidi dan Sulianto tinggal sementara di pengungsian. Ponidi tinggal di SDN Supiturang 4 dan Sulianto tinggal menumpang di kerabat keluarganya. Keduanya belum tahu apakah bakal kembali menambang, mengingat wilayah tambang pasir masih berbahaya.
"Dilihat dulu kondisinya, kalau sekarang ya panas makanya nggak berani. Dulu saja yang 2020, nunggu hampir 6 bulan baru bisa dimanfaatkan," ucap Ponidi.
Saat ini keduanya berharap hal utama yakni tempat tinggal sementara. Sebab keduanya juga tahu tak mungkin terus-terusan tinggal di pengungsian dan di rumah keluarganya. "Yang penting punya tempat tinggal dulu. Pengen cepat dapat rumah untuk memulihkan perekonomian," katanya.
Sementara itu Camat Pronojiwo Abdillah Irsyad menuturkan, selain petani matapencaharian utama warga di Kecamatan Pronojiwo ini ayakni menambang pasir. Pasir-pasir dari material Gunung Semeru terkenal kualitas sangat bagus, sehingga laku cukup mahal ketika dijual.
"Hampir 40 persen penambang pasir. Itu tertinggi setelah petani, kalau petani mayoritas," ucapnya.
Dia meyakini ada alternatif pekerjaan lain selain penambang pasir bagi warganya. Meski diakui saat ini selain penambang pasir, ada beberapa petani yang juga terdampak erupsi Gunung Semeru. "Kami masih melakukan pendataan terkait kerusakan yang ditimbulkan, pendataan dilakukan oleh dinas kesehatan," katanya.
Editor: Ihya Ulumuddin