Mengejutkan! Keluarga Syodanco Supriyadi Buka Misteri Pemberontakan PETA di Blitar
                
            
                Diduga latihan gabungan sengaja digelar setelah Jepang mencium informasi adanya rencana gerakan makar dari Blitar. “Itu awalnya latihan gabungan di Tuban, bukan pemberontakan,” kata Suroto.
Yang terjadi kemudian, pada saat perjalanan menuju Tuban, kata Suroto, Syodanco Supriyadi dan pasukannya tiba-tiba diperintahkan kembali ke Blitar. Di saat yang sama Supriyadi mendengar informasi dirinya bakal ditangkap Jepang.
Diduga untuk menghindari penangkapan, menurut Suroto, pasukan PETA Blitar yang dipimpin Supriyadi tidak kembali ke barak, melainkan menuju hutan maliran di wilayah Kecamatan Ponggok.
Pasukan Jepang kemudian melakukan penyerbuan, dan terjadi pembantaian besar-besaran. Suroto mengaku heran kenapa peristiwa pembantaian di mana diduga Supriyadi turut terbunuh, tidak diceritakan dalam sejarah pemberontakan PETA Blitar.
Dia mengaku sudah menyampaikan peristiwa Maliran itu ke pemerintah, namun tidak pernah ada tindak lanjut. “Cerita ini sudah pernah saya sampaikan,” katanya.
Pihak Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Blitar mengatakan semua informasi yang disampaikan dalam FGD akan menjadi pengetahuan baru tentang sejarah Pemberontakan PETA Blitar.
Cerita-cerita yang terungkap menambah pengayaan sejarah PETA Blitar, khususnya terkait Syodanco Supriyadi.
Seperti yang tertulis dalam sejarah, pasca Pemberontakan PETA Blitar nasib Syodanco Supriyadi menjadi misteri. Tidak ada kepastian apakah putra Bupati Blitar Darmadi itu tewas dalam pemberontakan atau masih hidup.
Pada awal kemerdekaan Presiden Soekarno menunjuk Supriyadi menjadi Menteri Pertahanan Keamanan, namun yang bersangkutan tidak pernah hadir.
Editor: Ihya Ulumuddin