Mahasiswi UN PGRI Tewas saat Arum Jeram, Polisi Usut Dugaan Kelalaian
KEDIRI, iNews.id – Seorang mahasiswi dari Universitas Nusantara (UN) PGRI Kota Kediri, Jawa Timur, meninggal dunia setelah terhanyut saat mengikuti arung jeram di Sungai Pait, Desa Kandangan, Kabupaten Kediri. Korban yang meninggal itu bernama Mufidatul Anisa, warga Desa Tekenglagahan, Kecamatan Loceret, Kabupaten Nganjuk.
Informasinya, kejadian itu berawal dari aktivitas mahasiswa dari Unit Kegiatan Mahasiswa Pecinta Alam (UKM PALA) UN PGRI Kota Kediri. Mereka mengadakan acara di Desa/Kecamatan Kandangan, Kabupaten Kediri, dengan jumlah peserta sebanyak 15 orang pada Minggu 15 April 2018.
Dalam kegiatan tersebut, ada 12 mahasiswa yang ikut arung jeram, dimana masing-masing perahu diisi enam orang. Saat kejadian mendadak turun hujan deras, yang menyebabkan kenaikan debit air sungai. Derasnya aliran sungai membuat salah satu perahu terbalik.
Sebanyak tiga mahasiswa yang jatuh ke air langsung terseret arus. Mereka yakni Jumrotun Munawaroh, Khusnul Sholiha, dan Mufidatul Anisa. Nama terakhir meninggal dunia, sementara dua rekannya luka-luka dan mendapat perawatan di puskesmas setempat dan RSUD Pare, Kabupaten Kediri.
Aparat Kepolisian Resor Kediri, Jawa Timur, masih mengusut kasus tersebut. Muncul dugaan adanya unsur kelalaian dalam insiden arung jeram yang menelan korban jiwa.
"Sementara ini pemeriksaan masih berlangsung. Kami panggil semua orang yang dimungkinkan tahu, baik dari masyarakat maupun anggota UKM," kata Kasat Reskrim Polres Kediri, AKP Hanif Fatih, Senin (16/4/2018).
Polisi belum memutuskan terkait dengan insiden itu, sebab masih mendalami keterangan para saksi. Jika sudah dilakukan pemeriksaan, nantinya akan diputuskan seperti apa pengembangan kasusnya.
Sementara itu, Kepala Biro Kemahasiswaan UNP Kota Kediri, Sigit Widiatmoko mengatakan, pihak kampus juga masih terus mendampingi serta memberikan dukungan bagi para mahasiswa yang saat ini masih menjalani pemeriksaan. Mereka masih terlihat terguncang atas kejadian tersebut.
Dia juga menambahkan, kegiatan itu memang rutin diselenggarakan setiap tahun. Apa yang terjadi murni karena musibah. Air tiba-tiba datang dan membuat perahu yang ditumpangi mereka terhempas, bahkan ada yang hanyut. Pihak kampus juga mengucapkan duka cita dengan kejadian ini.
Namun, dia mengatakan, dari kampus juga akan melakukan evaluasi untuk memastikan keamanan, peralatan ada kelayakan atau tidak, cuaca, hingga memastikan persiapan mental para peserta.
"Kami akan evaluasi. Nanti juga akan melibatkan pendamping yang profesional, karena kegiatan seperti ini lawannya dengan alam. Kalau kegiatan (UKM), tetap berjalan karena ini sangat dibutuhkan (mahasiswa) untuk kemanusiaan," kata Sigit.
Editor: Donald Karouw