get app
inews
Aa Text
Read Next : 5 Oleh-Oleh Surabaya yang Tahan Lama dan Wajib Dibawa Pulang Wisatawan

Konflik Pasar Turi Berlanjut, Pedagang Tutup Kios dan Banting Setir

Rabu, 05 September 2018 - 16:59:00 WIB
Konflik Pasar Turi Berlanjut, Pedagang Tutup Kios dan Banting Setir
Sejumlah kios Pasar Turi tutup karena sepi pengunjung akibat konflik pembangunan yang tak kunjung selesai. (Foto: iNews/Ihya’ Ulumuddin)

SURABAYA, iNews.id – Konflik pembangunan Pasar Turi antara Pemkot Surabaya dengan kontraktor menyisakan derita bagi para pedagang. Tak sedikit dari mereka yang terpaksa menutup kios dan stan, lalu banting setir karena pasar sepi. Sementara hingga saat ini belum ada kepastian konflik akan selesai.

Akbar Magrobi menjadi salah satunya. Pedagang pakaian ini terpaksa banting setir jadi sopir untuk menyambung hidup. Pilihan itu diambil karena hasil berjualan di pasar tak lagi bisa diharapkan. “Biasanya saya dan ibu yang menjaga kios. Tetapi karena semakin sepi, saya jadi sopir dan ibu yang jaga sendiri,” kata Akbar, Rabu (5/9/2018).

Robi memiliki stan di dalam gedung Pasar Turi Baru, tapi terpaksa meninggalkannya karena pengunjung sangat sepi. Dia lebih memilih berjualan di tempat penampungan sementara (TPS) dengan harapan dagangannya tetap laris. Ternyata, kondisinya juga sama.

“Di TPS pun juga sepi. Hampir tiap hari itu tidak ada pembeli baru. Yang beli itu tinggal pelanggan lama saja,” ungkap warga Pucang Sewu ini.

Pria 28 tahun ini akhirnya memutuskan mencari pekerjaan lain. Dia sempat bekerja di distributor air mineral kemasan demi menutupi kebutuhan keluarganya. Namun, itu tidak berlangsung lama. Robi kemudian memilih menjadi sopir di salah satu perusahaan di Pasuruan.

“Berat memang (jadi sopir). Harus kuat melek. Saya juga harus pergi-pulang Surabaya-Pasuruan tiap hari. Tapi ya bagaimana lagi, hidup harus tetap berlanjut,” tuturnya.

Robi mengaku banyak pedagang lain yang juga mengalami nasib serupa. Meski memiliki stan di dalam gedung, di antara mereka tetap berjualan di TPS karena pengunjung lebih ramai. Dia berharap ke depan bisa kembali jualan di Pasar Turi. Dia tak mau tahu soal kisruh pasar yang sudah bertahun-tahun. “Yang penting (pengunjung) ramai lagi,” ujarnya.

Berbeda dengan Robi, Yudia (47), kini hanya bisa menjalani nasibnya sebagai ibu rumah tangga. Dia tak bisa lagi berharap pada penghasilannya berdagang di Pasar Turi. Sementara untuk membuka usaha di tempat lain dirasa sulit lantaran tak punya cukup modal. “Mau melamar kerjaan juga bingung kerja apa. Akhirnya ya begini nganggur, paling ngurus rumah,” tuturnya.

Ibu dua anak yang selama ini jadi tumpuan ekonomi keluarga itu tak menyangka Pasar Turi yang dulu sangat ramai dan menjadi pusat grosir terbesar di kawasan Indonesia Timur ternyata berubah drastis. Kemegahan gedung baru yang dibangun pascakebakaran tahun 2007 tak cukup memulihkan gairah jual beli antara pedagang dan pengunjung. “Sehari laku satu sudah syukur. Saya gak bisa ngarep dari situ lagi,” ujarnya.

Yudia menjadi salah satu pedagang grosir dan eceran yang awalnya punya harapan besar terhadap Pasar Turi Baru. Tak pernah sedikit pun terbayang olehnya Pasar Turi bakal kelam dan mati suri seperti sekarang. Sebab, di benaknya kala itu, pemerintah kota dan semua pihak benar-benar ingin menghidupkan kembali Pasar Turi sehingga tak ada alasan untuk pesimis. Namun, nasibnya banyak bergantung pada perhatian penguasa.

“Kepada siapa lagi saya mengeluh. Sekarang enggak ada yang perhatikan nasib kami. Sekarang aja kami butuh uang buat bayar SPP anak tapi belum ada uang,” ujarnya.

Untuk diketahui, konflik seputar pengelolaan Pasar Turi hingga saat ini belum menemui titik terang. Konflik melibatkan sejumlah pihak terutama antara Pemkot Surabaya dengan pengembang yang membuat izin operasional Pasar Turi belum dikeluarkan dan revitalisasi pasar terhambat.

TPS yang belum dibongkar hingga saat ini meskipun gedung Pasar Turi Baru sudah selesai dibangun sejak 2014 silam, jadi salah satu bukti mandegnya revitalisasi. Kini, pedagang seperti terbelah dan telantar di dua tempat. Ada yang berjualan di dalam gedung Pasar Turi Baru, ada pula tetap bertahan di TPS tanpa kehadiran pihak yang mewadahi kepentingan mereka. Baik pedagang di dalam gedung baru maupun pedagang di TPS, sama-sama menghadapi persoalan sepinya pengunjung.

Editor: Maria Christina

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut