Kisah Senopati Minta Bantuan ke Ratu Laut Selatan dan Penguasa Merapi saat Perang Mataram vs Pajang

Saat itu, Senopati tidak lupa akan siasat tertentu, para prajurit diminta membuat banyak tumpukan kayu di Gunung Kidul, tersebar di atas bukit-bukit, dengan jarak sejauh tembakan peluru senapan.
Pada malam hari kayu-kayu itu akan dibakar sekaligus. Semua rencana dilaksanakan.
Sambil bersedekap, Senopati dan Juru Martani menengadah ke langit. Jin, peri, dan prayangan pun datang membawa hujan, badai, dan suara gemuruh yang dahsyat.
Setelah itu Gunung Merapi meletus, menyemburkan api dan suara gemuruh. Hujan debu turun lebat; lumpur dengan batu-batu besar memenuhi Kali Opak.
Bersamaan dengan itu tumpukan kayu di pegunungan dibakar, sehingga merupakan lautan api. Dan tanpa henti-hentinya canang Ki Bicak dipukul-pukul Kombinasi antara gejala alam dan kecerdikan ini dimaksudkan untuk menakut-nakuti orang Pajang.
Sultan Pajang menjadi sedikit ketakutan. Adipati Tuban yang berusaha menenangkan sultan dan menyalakan kembali semangatnya jadi sia-sia. Sekalipun dia menyatakan sanggup memusnahkan pasukan Mataram dalam sekejap mata.
Sebaliknya, lagu lama kembali lagi. Sultan merasa riwayatnya akan berakhir. Dia pun yakin bahwa dirinya adalah Raja Pajang yang terakhir, dan Senapati akan menjadi penggantinya. Adapun ekspedisinya ke Mataram hanyalah untuk menengok putranya, Senopati.
Editor: Nur Ichsan Yuniarto