Kisah Petrus yang Mencekam dan Orang-Orang yang Berebut Hapus Tato

BLITAR, iNews.id -Peristiwa petrus atau penembakan misterius menjadi teror menakutkan di wilayah Yogyakarta, Jawa Timur dan Jakarta pada Maret 1982. Saat itu banyak mayat bergelimpangan di jalan-jalan dengan kondisi kepala dan beberapa anggota tubuh bagian depan, selalu ditemukan luka tembakan senjata api. .
Mereka yang ditemukan mati rata-rata teridentifikasi sebagai penjahat kelas teri, berandalan, residivis atau mantan narapidana (napi). Mereka yang tindak tanduknya meresahkan lingkungan.
Di Yogya diistilahkan dengan gali (gabungan anak liar), yakni istilah lokal untuk menyebut para bromocorah, bandit, begal, berandalan atau anggota geng yang meresahkan lingkungan sekitar.
Yang dipahami lagi oleh masyarakat, mayat-mayat yang bergelimpangan di jalan itu, nyaris semuanya bertato. Tato pada tubuh ditengarai menjadi penanda khusus eksekutor petrus, bahwa target adalah seorang gali.
“Secara khusus tato-yang dipandang sebagai tanda identifikasi simbolis dengan dunia gelap kejahatan-dipakai untuk mengidentifikasi sasaran pengenyahan potensial,” demikian yang tertulis dalam buku Politik Jatah Preman (2018).
Tak heran, mulai tahun 1982-an itu, banyak orang terdorong untuk menghapus tato mereka. Mereka khawatir terseret menjadi sasaran petrus. Karenanya segala cara dilakukan, asal tato bisa segera dihapus.
Di luar jasa klinik, tak sedikit dari mereka menghapus tato dengan cara menyiram air aki atau menyetrika. Akibatnya di tempat tato berada terlihat seperti bekas luka bakar.
Yang membuat masyarakat lebih tercekam, operasi petrus dilakukan secara terang-terangan. Dengan cepat, dan sistematis, eksekutor menembak target di depan umum dan mayatnya ditinggalkan tergeletak begitu saja.
Editor: Ihya Ulumuddin