Kisah Pertarungan Sengit Ranggalawe dengan Pasukan Majapahit di Sungai Tambak Beras

SURABAYA, iNews.id - Kekalahan Majapahit dari Ranggalawe membuat sang raja Dyah Wijaya atau Raden Wijaya marah. Bahkan, dia bersumpah akan menghancurkan Kotapraja Majapahit sendiri bila tak berhasil menaklukkan Ranggalawe.
Dyah Wijaya dan pasukannya langsung kembali menyusun strategi menyerang Tuban. Dikisahkan dalam buku "Hitam Putih Kekuasaan Raja-Raja Jawa Intrik, Konspirasi Perebutan Harta, Tahta, dan Wanita" tulisan Sri Wintala Achmad, pertempuran antara pasukan Majapahit dan Tuban tak terhindarkan.
Guna menghindari banyak korban dan menyadari kekuatan Tuban, Lembu Sora meminta izin kepada Raden Wijaya untuk menghadapi Ranggalawe, dia pun lantas mengizinkannya
Konon, Ranggalawe akhirnya dikepung dari tiga arah, Mahisa Nabrang dari timur, Gagak Sarkara dari barat, dan Majang Mekar menyerbu dari arah utara. Pertempuran sengit terjadi di arah timur antara pasukan Ranggalawe dengan pasukan Majapahit yang dipimpin oleh Mahisa Sabrang.
Kuda Mahisa Nabrang berhasil dilumpuhkan oleh Ranggalawe. Namun penunggangnya berhasil menyelamatkan diri. Hari selanjutnya, Mahisa Nabrang yang giliran melawan Ranggalawe. Perang itu berlangsung di seberang Sungai Tambak Beras.
Peperangan sengit antara Ranggalawe dan Mahisa Nabrang bertarung dengan ilmu kanuragan yang dimilikinya masing-masing. Pertarungan pun berlanjut ke dalam air sungai. Ranggalawe berhasil mendesak Mahisa Nabrang, namun ketika sampai di tengah, Mahisa Nabrang berhasil menikam kuda Ranggalawe.
Ranggalawe yang terpeleset batu berhasil ditenggelamkan ke air oleh Mahisa Nabrang. Sesudah kehabisan napas, Ranggalawe gugur di tempat. Mengetahui Ranggalawe tewas, Lembu Sora menikam Mahisa Nabrang dari belakang hingga tewas. Panglima Majapahit itu pun turut meregang nyawa di Sungai Tambak Beras.
Setelah tewasnya Ranggalawe pada 1295, Arya Wiraraja merasa sakit hati kepada Dyah Wijaya dan memutuskan untuk mundur dari jabatannya. Arya Wiraraja menagih janji Dyah Wijaya yang diucapkan di Sumenep melalui Perjanjian Songeneb, untuk membagi wilayah Majapahit menjadi dua bagian.
Janji itu pun dipenuhi oleh Dyah Wijaya. Majapahit bagian timur hingga selatan sampai pantai diserahkan ke Arya Wiraraja. Sesudah mendapat kekuasaan, Arya Wiraraja menjadi raja Majapahit Timur dengan pusat pemerintahan di Lumajang. Sementara Majapahit Barat dengan pusat pemerintahan di Majakerta, tetap dikuasai oleh Dyah Wijaya.
Editor: Ihya Ulumuddin