Kisah Perjuangan Pasukan Kerajaan Kediri Bertahan dari Serangan 3 Tentara Gabungan

KEDIRI, iNews.id - Kerajaan Kediri di bawah kepemimpinan Jayakatwang menghadapi ujian berat menghadapi tiga tentara gabungan. Pasukan itu dari Mongol, Majapahit di bawah Raden Wijaya, dan tentara Madura di bawah Arya Wiraraja.

Perang ini dipicu oleh pembalasan dendam Raden Wijaya atas kehancuran Kerajaan Singasari yang dipimpin oleh Kertanagara, yang juga menjadi mertuanya. Kejadian ini terjadi setelah Jayakatwang berhasil menghancurkan Singasari.

Nasib Kerajaan Majapahit usai Ditaklukkan Kesultanan Demak

Namun, kepemimpinan yang tegas dari Jayakatwang tidak membuatnya lengah. Dia telah memprediksi serangan tersebut dan mempersiapkan pasukan yang kuat, termasuk 100 kapal di Sungai Mas.

Pertempuran pertama terjadi di hulu Sungai Mas, di mana pasukan Kediri berhasil melumpuhkan sebagian besar pasukan gabungan dan merebut kapal-kapal mereka. Meskipun sebagian pasukan Kediri melarikan diri, kekuatan utama mereka di ibu kota tetap kuat dengan jumlah pasukan mencapai 100.000 orang.

Kisah Raja Airlangga Hidup Mengasingkan Diri di Hutan sebelum Memimpin Kerajaan Kahuripan

Pertempuran berlanjut di ibu kota Kediri, di mana pasukan Jayakatwang dengan gigih mempertahankan kota mereka. Hal ini mengejutkan Raden Wijaya dan pemimpin pasukan Mongol serta Madura. Jayakatwang dan pasukannya berusaha keras mempertahankan kekuasaan mereka.

Pada tanggal 19 Maret 1293, pasukan Mongol bersatu di pinggiran Kota Kediri untuk menyusun strategi serangan. Pada pagi hari tanggal 20 Maret 1293, perang meletus dengan suara kentongan yang memekakkan telinga. Serangan berulang kali terjadi, tetapi pasukan Kediri tidak gentar dan siap berperang habis-habisan.

Cerita Hutan Lodoyo Blitar, Kerajaan Harimau Siluman yang Terkenal Angker

Pasukan Kediri yang berada di bawah pimpinan Panglet, Kebo Rubuh, dan Kebo Mundarang mempertahankan kota dengan gigih. Namun, pertempuran berlangsung sengit, dan pasukan Kediri mulai terdesak. Beberapa ribu prajurit Kediri melarikan diri dan sekitar 50.000 prajurit tewas di medan perang.

Editor: Nani Suherni