get app
inews
Aa Text
Read Next : Jejak Airlangga, Sang Raja Besar Jawa di Kerajaan Kahuripan dan Kediri

Kisah Penyatuan Kerajaan Singasari dan Kediri, Perkawinan Politik hingga Pemberontakan

Minggu, 23 Juli 2023 - 07:33:00 WIB
Kisah Penyatuan Kerajaan Singasari dan Kediri, Perkawinan Politik hingga Pemberontakan
Peninggalan Kerajaan Kediri yang diruntuhkan oleh Ken Arok. (Foto: istimewa)

JAKARTA, iNews.id - Proses penyatuan Kerajaan Singasari dan Kerajaan Kediri melalui jalan panjang. Keduanya sempat tak akur usai serangan yang dilakukan Ken Arok.

Sejarah mencatat Kerajaan Kediri lebih dulu muncul dan menjadi kerajaan besar di Pulau Jawa. Namun sinar Kerajaan Kediri meredup digantikan Kerajaan Singasari.

Bahkan pada 1292 wilayah Kediri merupakan bagian dari Singasari. Kakawin Negarakertagama pupuh 44 menguraikan Raja Rajasa mengangkat Jayasabha sebagai Raja Kediri sepeninggal Kertajaya.

Namun uraian itu berbeda dengan yang tertulis di Prasasti Mula-Malurung yang menyebut Bhatara Parameswara, Guning Bhaya, Tohjaya dan Sri Kertanagara sebagai penguasa Kediri selanjutnya.

Proses penyatuan Kediri dan Singasari juga berbeda dengan yang diuraikan Pararaton. Menurut Pararaton, penyatuan Singasari dan Kediri berlangsung melalui komplotan Rangga Wuni dan Mahisa Campaka. Masing-masing adalah putera Sang Anusapati dan Mahisa Wungu Teleng.

Profesor Slamet Muljana dalam buku "Tafsir Sejarah Nagarakretagama" mengatakan, Rangg Wuni dan Mahisa Campaka dengan bantuan tentara Rajasa dan Simelir menyerang istana Tohjaya dan berhasil menimbulkan kekacauan.

Pada kekacauan itu, Nararya Tohjaya berusaha untuk melarikan diri. Namun karena menderita luka-luka terpaksa diangkut ke Katang Lumbang hingga akhirnya mangkat.

Sepeninggal Tohjaya, Rangga Wuni naik takhta dan mengambil nama Abhiseka Wisnuwardhana. Sedangkan Mahisa Campaka mengambil nama Abhiseka Narasinghamurti dan menjadi Ratu Angabhaya (raja kedua atau wakil raja). 

Prasasti Mula-Malurung tidak menyinggung soal pemberontakan atau komplotan. Prasasti menguraikan secara biasa bahwa sepeninggal Sang Prabu Tohjaya, Nararya Seminingrat naik takhta berkat dukungan para pembesar, terutama dukungan Sang Pamegat di Ranu Kababyan Sang Apanji Patipati

Berkat dukungan itu, pulih kembali Kerajaan Tumapel atau yang biasa dikenal Singasari. Sebagai balas budi, Sang Prabu Seminingrat atau yang akrab disebut Wisnuwardhana meresmikan Desa Kayu Manis sebagai tanah perdikan bagi para brahmana sebagaimana tertulis pada lempengan III B Prasasti Mula-Malurung. 

Lempengan III A menguraikan perkawinan antara Nararya Seminingrat atau Wisnuwardhana dan Nararya Waning Hyun, puteri Bhatara Parameswara dari Kediri, paman Nararya Seminingrat. Jadi, Seminingrat dan Waning Hyun adalah saudara sepupu. 

Berkat perkawinan itu, Nararya Seminingrat memperoleh hak waris atas kerajaan yang diperintah oleh Bhatara Parameswara. Alasan ketiga yang perlu mendapat perhatian ialah penobatan Nararya Tohjaya sepeninggal Guning Bhaya

Prasasti Mula-Malurung mengatakan bahwa Tohjaya adalah kakak Guning Bhaya. Pernyataan itu agak janggal karena biasanya saudara muda yang menggantikan saudara tua, tidak kebalikannya.

Dari uraian Pararaton yang mengatakan bahwa Tohjaya adalah putera Raja Rajasa, lahir dari Ken Umang, Guning Bhaya atau Agni Bhaya. Menurut Pararaton juga, putera Raja Rajasa, lahir dari Ken Dedes. 

Jadi, Tohjaya dan Guning Bhaya adalah dua saudara berlainan ibu. Rupanya, Tohjaya lebih tua daripada Guning Bhaya. Sebaliknya, Mahisa Wunga Teleng (Bhatara Parameswara, menurut prasasti Mula-Malurung) adalah saudara kandung dari Guning Bhaya. 

Seiring berjalannya waktu terjadi beberapa pemberontakan antara saudara itu. Hingga akhirnya sepeninggal Tohjaya menurut Pararaton, Seminingrat atau Wisnuwardhana dan Mahisa Cempaka mengadakan pemerintahan bersama. 

Pemerintahan bersama itu diibaratkan sebagai pemerintahan Indra dan Madhawa dalam Nagarakretagama pupuh 41/2. Pararaton menyatakan bahwa Mahisa Campaka yang mengambil nama Abhiseka Narasingamurti dijadikan Ratu Angabhaya. 

Kediri dan Singasari dipersatukan di bawah pemerintahan Seminingrat alias Wisnuwardhana. Pada hakikatnya, pemegang kekuasaan dalam pemerintahan bersama itu masing-masing adalah ahli waris kerajaan ayahnya. Uraian Pararaton itu mengandung unsur kebenaran. 

Editor: Reza Yunanto

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut