Di ujung, Hadits tersebut melanjutkan, tatkala keduanya meninggal dunia, keduanya pun dikumpulkan di hadapan Allah SWT.
Kepada yang sungguh-sungguh beribadah, Allah mengatakan, "Apakah kau telah mengetahui tentang-Ku? Apakah kau sudah memiliki kemampuan atas apa yang ada dalam genggaman-Ku?" Drama keduanya pun berlanjut dengan akhir yang mengejutkan.
"Pergi dan masuklah ke surga dengan rahmat-Ku," kata Allah kepada si pendosa. Sementara kepada ahli ibadah, Allah mengatakan, "(Wahai malaikat) giringlah ia menuju neraka."
Di akhir haidts, Rasulullah SAW mengabarkan bahwa lelaki pendosa itu akhirnya mendapat ampunan dari Allah lantaran menjelang kematiannya ia melakukan ibadah besar, yakni khasyyatullah (takut kepada Allah).
Kisah di atas memberikan pesan mendalam untuk tidak merasa paling benar pada hal-hal yang sesungguhnya menjadi hak prerogatif Allah.
Allah SWT pun mengingatkan Rasul-Nya untuk tidak menghakimi umatnya celaka atau bahagia di ahirat.
Dalam Surat Al Qashash ayat 56, Allah SWT berfirman:
إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشاءُ
Artinya: Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya. (Al-Qashash: 56)
Kemudian Allah Swt menyebutkan bagian yang lainnya dalam Surat Ali Imran ayat 129:
يَغْفِرُ لِمَنْ يَشاءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَشاءُ
Artinya: Dia memberi ampun kepada siapa yang Dia kehendaki; Dia menyiksa siapa yang Dia kehendaki. (Ali Imran: 129)
Beribadah dan meyakini kebenaran adalah hal yang utama. Namun, sikap itu bisa berubah menjadi takabur ketika menghakimi pihak lain akan celaka atau bahagia di akhirat.
Itulah kisah pendosa yang masuk surga untuk dijadikan ibrah bagi Muslim.
Wallahu A'lam
Editor: Kastolani Marzuki






