Kisah Panglima Perang Mataram Dihukum Mati karena Gagal Taklukkan Batavia
SURABAYA, iNews.id - Keberhasilan Mataram menaklukkan Surabaya, membuat kerajaan yang dipimpin Sultan Agung kian bernafsu untuk terus berekspansi. Kali ini sasaranya Banten.
Namun, penaklukan Banten ini terhalang oleh Batavia yang posisinya menghalangi. Padahal di sisi lain Batavia tengah dikuasai VOC Belanda yang juga mulai melirik ekspansi ke Banten.
Sebelum mencoba menaklukkan Batavia, Sultan Agung dan Kesultanan Mataram terlebih dahulu mengirim utusan ke Batavia. Tercatat pada April 1628 Masehi, Kiai Rangga, Bupati Tegal diutus ke Batavia untuk menjadi duta Mataram.
Tawaran damai pun disampaikan oleh Sultan Agung dan Kerajaan Mataram, tetapi seperti bisa ditebak hal itu ditolak oleh VOC Belanda. Alhasil sebagaimana dikutip dari buku "Tuah Bumi Mataram : Dari Panembahan Senopati hingga Amangkurat II" tulisan Peri Mardiyono, membuat Sultan Agung akhirnya memutuskan untuk menyatakan perang terhadap VOC Belanda.
Strategi pun disusun oleh Kerajaan Mataram, prajurit Mataram mengirim prajuritnya secara sembunyi-sembunyi untuk menghindari endusan VOC Belanda. Pada Agustus 1628 dipimpin oleh Tumenggung Bahureksa, Bupati Kendal sampai di Batavia. Armada Bahureksa hendak menyerang Batavia dengan membawa 150 ekor sapi, 5.900 karung gula, 26.600 buah kelapa dan 12.000 karung beras.
Pihak Mataram menyampaikan ke VOC Belanda hendak berdagang di Batavia. Namun pihak VOC sempat curiga, meski pada hari berikutnya akhirnya menyetujui penurunan sapi-sapi asal Mataram dengan syarat kapal Mataram hanya menepi satu demi satu. Sebanyak 100 prajurit bersenjata dari garnisun kastil atau benteng pun dikeluarkan untuk berjaga-jaga.
Hari ketiga, tujuh kapal Mataram muncul lagi di Batavia dengan alasan meminta surat jalan dari pihak Belanda, agar dapat berlayar ke Malaka yang saat itu juga di bawah kekuasaan VOC. Kecurigaan VOC pun makin menguat, hingga akhirnya semakin memperkuat penjagaan di dua benteng kecil utara dan menyiapkan artilerinya.
Pada sore harinya, 20-an kapal Mataram menurunkan pasukannya di depan Kasteel. Melihat prajurit Mataram yang tiba mendadak begitu banyak, Belanda terkejut dan buru-buru masuk ke benteng kecil. Sejumlah kapal Mataram lain mendaratkan prajuritnya. Saat itu pasukan Mataram kemudian dihujani tembakan dari Kastil.
Pada 25 Agustus, 27 kapal Mataram mulai berdatangan masuk ke Teluk Batavia, tetapi berlabuh agak jauh dari kastil. Di sebelah selatan Batavia, para tentara Mataram mulai tiba, dengan panji berkibar. Hal ini menunjukkan, Mataram telah menyatakan keinginannya memerangi Belanda.
Keesokan harinya, terhitung ada 1.000 prajurit Mataram mulai bersiaga di depan Batavia. Mereka sudah siap pertempuran di Batavia. Maka pada 27 Agustus 1628, satu kompi berkekuatan 120 prajurit di bawah pimpinan Letnan Jacob van der Plaetten, berhasil menghalangi laju tentara Mataram, pascaterjadinya pertempuran dahsyat.
Sementara beberapa kapal Belanda datang dari Banten dan Pulau Onrust, serta mendaratkan 200 prajurit. Kini kastil Belanda itu hanya dipertahankan oleh 530 prajurit. Sementara bagi Mataram, tambahan prajurit terus berdatangan.
Pasukan Mataram berikutnya tiba bulan Oktober 1628 dipimpin oleh Pangeran Mandurareja, cucu Ki Juru Martani. Total seluruh pasukan Mataram ada 10.000 prajurit, termasuk yang tiba sebelum-sebelumnya.
Perang besar pun terjadi di Benteng Belanda. Namun, pasukan Mataram yang unggul jumlah justru mengalami kekalahan besar, karena kurangnya perbekalan. Mengetahui kekalahan ini, Sultan Agung marah dan langsung melakukan tindakan tegas. Pada Desember 1628, Sultan Agung mengirim algojo untuk menghukum mati Tumenggung Bahureksa dan Pangeran Mandurareja, karena dianggap gagal menjalankan misi ke Batavia.
Editor: Ihya Ulumuddin