get app
inews
Aa Text
Read Next : Diperiksa KPK Lebih dari 5 Jam, Anggota DPRD Mojokerto Rufis Bahrudin Dicecar 19 Pertanyaan

Kisah Munasir, Kiai Komandan Pasukan Berani Mati yang Bikin Ciut Nyali Pasukan Belanda

Selasa, 17 Agustus 2021 - 19:04:00 WIB
Kisah Munasir, Kiai Komandan Pasukan Berani Mati yang Bikin Ciut Nyali Pasukan Belanda
KH Munasir Ali (berpeci hitam) semasa hidup. (Foto: Istimewa)

MOJOKERTO, iNews.id - Nama Kiai Haji (KH) Munasir Ali saat ini jarang terdengar di kalangan anak muda. Namun, 76 tahun silam, nama ini mampu membuat ciut nyali para pasukan Belanda yang hendak menyerbu Mojokerto.

Meski seorang kiai, Munasir merupakan komandan Batalyon Tjondromowo. Batalyon ini dikenal sebagai pasukan berani mati yang tak pernah mengenal rasa takut. Cinta tanah air menjadi satu satunya jimat yang selalu dipegang pasukan ini. Tak heran jika pasukan Belanda yang ingin menduduki Surabaya dan sekitarnya kerap dibuat kocar-kacir.

KH Munasir lahir di Desa Modopuro, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto pada 2 Maret 1919. Dia anak dari seorang Kepala Desa Modopuro. Lahir dari keluarga terpandang tak membuat KH Munasir bermanja-manja. Dia memilih nyantri menimba ilmu agama dan mengabdikan diri pada tanah air tercintanya.

Munasir merupakan salah satu kiai yang memiliki peran penting dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Selama perang kemerdekaan, dia aktif berjuang dan berkarier di dunia kemiliteran. Sebagai mantan prajurit Heiho, dia kemudian mengembangkan keahlihannya di medan pertempuran.

Kiai Munasir aktif sebagai pasukan Hizbullah. Berkat kelihaiannya melakukan perang gerilya, dia kemudian menjadi Komandan Batalyon Tjondromowo. 

Kiai satu ini juga memiliki peran yang cukup banyak saat mendirikan Laskar Hizbullah Cabang Mojokerto. Ketika Hizbullah melebur ke dalam barisan TNI, dia pun terdaftar sebagai anggota aktif, hingga akhirnya diangkat menjadi Komandan Batalyon 39 TNI AD.

Keponakan KH Munasir, Habibullah menceritakan, KH Munasir adalah pahlawan dari kalangan santri sekaligus Tentara Nasional Indonesia (TNI). Menurutnya, pamannya dulu pernah bergabung di Laskar Hizbullah. Berkat keberanian dan keahliannya dalam perang gerilya, tak heran jika dia ditunjuk sebagai wakil ketua Laskar Hizbullah Cabang Mojokerto.

Kiprahnya semakin menonjol ketika dipercaya sebagai sebagai komandan Batalyon Teritorial dengan kode Batalyon 39 Yon Munasir yang kemudian menjadi Yon 39 Tjondromowo. Perubahan ini setelah adanya kebijakan Rekonstruksi dan Rasionalisasi atau lebih dikenal dengan RERA.

Program RERA ini adalah bergabungnya semua laskar pejuang Indonesia. Sebelum kemerdekaan, banyak organisasi kelaskaran pejuang merebut kemerdekaan Indonesia yang tumbuh di antaranya PETA, BKR, TRI, Tentara Rakyat, Tentara Keamanan Rakyat. Begitu pula Laskar Hizbullah yang berdiri pascaera kemerdekaan RI.

"Atas kebijakan atau instruksi itu (RERA), dari Hizbullah diminta dua batalyon. Satu batalyon dipimpin Mayor Mansur Sholikin dengan nama Yon Mansur Sholikhin yang kemudian menjadi Batalyon 42 Diponegoro. Sedangkan satunya lagi Batalyon dipimpin Mayor Munasir Ali dengan nama Yon Munasir yang kemudian menjadi Batalyon 39 Tjondromowo," kata Habibullah.

Batalyon di bawah Mayor KH Munasir Ali selalu mendapatkan tugas berat. Keahlian dalam perang gerilya menjadi alasan pasukan ini mampu menghajar para pasukan Belanda yang ingin menguasai Mojokerto. Tak heran pasukan ini dinamakan Tjondromowo yang terinspirasi dari kucing kembang telon.

Editor: Maria Christina

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut