Kisah Intel Soeharto Perdayai Agen Uni Soviet KGB di Indonesia
Petrov lima tahun belajar bahasa Indonesia dan cakap ngobrol bahasa Jawa pasaran. Dia merupakan agen Soviet yang awalnya menyamar sebagai juru bahasa dalam Proyek 055.
Proyek 055 di Surabaya merupakan proyek pemberian sisa bantuan Soviet kepada Angkatan Laut Indonesia. Petrov yang kemudian bekerja di kedutaan Soviet, datang ke Jakarta bersama kontingen GRU yang berjumlah sepuluh orang.
Tim ini dipimpin oleh Kolonel Nikolai Khakalin, rezident GRU yang berkedok Atase Pers Senior,” tulis Ken Conboy. Melalui pasokan informasi Petrov, Satsus Intel mengetahui banyak hal terkait infiltrasi (penyusupan) mata-mata Soviet di tubuh militer Indonesia.
Dari laporan Petriov, Satsus Intel tahu GRU telah berhasil merekrut seorang letnan angkatan udara produktif yang bertugas di bagian teknik. Terungkap juga adanya agen yang menduduki posisi penting di Pangkalan Angkatan Laut Surabaya.
Diketahui bahwa perekrut ulung di tubuh militer Indonesia itu bernama Vladimir Abromov. Abromov yang berumur 48 tahun merupakan salah satu dari sepuluh orang kontingen GRU yang datang ke Indonesia bersama Petrov.
Abromov juga berhasil merekrut Yamin, seorang karyawan sipil berumur 31 tahun yang bekerja di Markas Besar Angkatan Laut Indonesia. Yamin yang mendapat upah cukup besar tiap bulan, melibatkan istrinya.
Dari Abromov terungkap juga sejumlah sandi yang menjadi kebiasaan mata-mata Soviet. Bagaimana mereka suka memakai kode lampu dim mobil untuk mengirim pesan agen lain yang menanti di trotoar.
Kemudian suka memakai sandi meletakkan secarik kertas putih di atas dashboard, gulungan koran di tangan kanan atau koran yang dijepit pada ketiak.
Sayangnya, pada pertengahan Juni 1972, kerja-kerja senyap Petrov untuk Satsus Intel dan CIA terbongkar agen Soviet. Terungkapnya penyamaran Petrov sebagai agen ganda akibat kecerobohannya sendiri.
Editor: Ihya Ulumuddin