get app
inews
Aa Text
Read Next : Amangkurat I Bangun Istana Megah Kerajaan Mataram, Dikelilingi Danau Buatan

Ketika Kesultanan Mataram dan Banten Saling Berkirim Hadiah Usai Peperangan Sengit

Jumat, 02 Juni 2023 - 06:08:00 WIB
Ketika Kesultanan Mataram dan Banten Saling Berkirim Hadiah Usai Peperangan Sengit
Kerajaan Mataram Islam dan Banten akhirnya memulai perundingan damai usai peperangan (Ilustrasi prajurit Kerajaan Mataram)

MALANG, iNews.id - Kerajaan Mataram Islam dan Banten akhirnya memulai perundingan damai usai peperangan. Perundingan damai ini diawali dengan pengiriman hadiah dari Sultan Amangkurat I yang berkuasa di Kerajaan Mataram ke Banten. 

Konon hadiah itu dikirim bukan dinamakan dari Sultan Amangkurat I sendiri melainkan atas nama sang putra mahkota. Langkah itu untuk menjadi rukun kembali dengan Kesultanan Banten. 

Tetapi Sultan Amangkurat I sekali lagi memiliki taktik agar tidak direndahkan dan ia tak mau gegabah menjual, harga dirinya. H.J. De Graaf pada "Disintegrasi Mataram : Dibawah Mangkurat I" menyebut bagaimana hadiah itu sengaja dikirim bukan atas namanya. 

Tetapi hadiah dikirim atas nama putranya, sehingga kalau ditolak tidak akan merupakan penghinaan besar. Lagi pula, tindakan itu tidak hanya dilakukan terhadap orang Banten, tetapi juga terhadap kompeni. Justru kompeni Belanda yang pertama-tama menerima hadiah dari Mataram.

Dua ekor kuda disertai sepucuk surat kepada Pemerintah Belanda konon dihadiahkan atas nama putra mahkota. Pemberian hadiah itu dibalas dengan perbuatan yang sama untuk menyenangkan hati ayahnya.

Dua bulan kemudian di Banten tiba dengan tiga perahu sebuah utusan dari Mataram yang diberitakan dikirim oleh putra mahkota. Di informasi itu pula terkadang dikatakan dikirim oleh ayahnya, sebagaimana catatan utusan Belanda bernama Daghregister, pada 12 Oktober 1659.

Tujuh ekor kuda disertai sepucuk surat yang disampaikan ketika itu. Surat itu memuat sebuah gugatan ke Banten, beberapa perahu Mataram selama perang disita orang-orang Kiai Aria, awaknya ditangkap dan dijual. Residen Belanda pun menerima seekor kuda. 

Gugatan Mataram dibalas dengan gugatan pula pada waktu yang bersamaan orang Demak telah menyita beberapa perahu Kiai Aria. Demikianlah mereka berhadap-hadapan tanpa mau mundur selangkah pun.

Konon untuk membalas hadiah dari Mataram itu, Sultan Banten mengirimkan beberapa "gom" (gong) ke Mataram, tetapi keberangkatannya ke Pontang untuk dikirimkan ke Mataram tidak diiringi sikap yang ramah. Hal itulah yang membuat sementara waktu utusan-utusan Mataram harus menunggu jawaban

Baru pada pertengahan bulan November tahun 1659 para utusan boleh berpamitan dengan sehelai surat jalan untuk pulang kembali melalui Batavia ke Mataram. Disetujui bahwa Kiai Aria akan membayar 500 rial, dan orang-orang yang bersangkutan lainnya juga akan membayar jumlah yang sama. 

Setelah itu tidak banyak lagi kelihatan timbulnya pertikaian besar antara Banten dan Mataram. Sebaliknya, De Graaf menemukan usaha sampai dua kali percobaan dari putra mahkota Mataram untuk lebih mendekati negara tetangga.

Editor: Nur Ichsan Yuniarto

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut