Gunung Semeru Kembali Erupsi, Warga Diminta Waspada Awan Panas Guguran

Kemudian ada lima kali gempa letusan atau erupsi pada pukul 06.00 - 12.00 WIB dengan amplitudo 21-22 mm, dan lama gempa 75-125 detik. Selanjutnya pada pukul 06.00 - 12.00 WIB, terjadi dua kali gempa guguran, dengan amplitudo 5 mm dan lama gempa 60 detik.
"Terjadi 1 kali harmonik dengan amplitudo 7 mm, dan lama gempa 125 detik dan satu kali gempa tektonik jauh, dengan amplitudo 9 mm, S-P 20 detik dan lama gempa 45 detik," katanya.
Dia menuturkan, hingga Sabtu sore, gunung api terlihat jelas, tertutup Kabut 0-II, namun asap kawah tidak teramati dengan cuaca cerah, angin lemah ke arah barat.
"Kesimpulannya status gunung berapi Semeru pada level III atau siaga," tuturnya.
Dia mengimbau, masyarakat tidak beraktivitas apa pun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 13 kilometer dari puncak (pusat erupsi).
Di luar jarak tersebut, masyarakat tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai atau sempadan sungai di sepanjang Besuk Kobokan, karena berpotensi terlanda perluasan awan panas, dan aliran lahar hingga jarak 17 kilometer dari puncak.
"Masyarakat diminta tidak beraktivitas dalam radius lima kilometer dari kawah atau puncak Gunung Api Semeru, karena rawan terhadap bahaya lontaran batu pijar," ucapnya.
Selain itu dia meminta masyarakat agar mewaspadai potensi awan panas guguran (APG), guguran lava dan lahar di sepanjang aliran sungai atau lembah yang berhulu di puncak Gunung Api Semeru.
"Terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan," katanya.
Gunung Semeru merupakan gunung yang memiliki ketinggian 3.676 Mdpl. Lokasinya berada di antara Kabupaten Malang dan Kabupaten Lumajang, yang menjadi satu lokasi kawasan dari Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS).
Gunung Semeru sempat diguyur hujan deras selama lebih dari satu jam, hingga berdampak banjir bandang lahar dingin, pada Kamis malam (18/4/2024). Akibatnya dua warga yang merupakan pasangan suami istri (Pasutri), ditemukan tewas terbawa arus sungai di Desa Kloposawit, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang.
Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lumajang menyebutkan, sekitar 200 orang mengungsi secara mandiri ke rumah sanak saudara, keluarga dan tetangga. Mereka yang mengungsi merupakan warga di bantaran sungai yang dialiri lahar dingin Gunung Semeru.
Editor: Kurnia Illahi