Kisah Gajah Enggon, Pengganti Gajah Mada Setelah Sang Patih Amangkubumi Majapahit Purnabakti
JAKARTA, iNews.id – Gajah Enggon, pengganti Gajah Mada setelah wafat. Belum banyak sosok yang mengenal sosok Gajah Enggon sebagai pengganti Gajah Mada selaku Patih Amangkubumi Majapahit. Hanya sedikit literatur yang membahas sosok patih satu ini.
Kerajaan Majapahit terkenal berada di puncak kejayaannya berkat jasa Gajah Mada. Gajah Mada diangkat menjadi patih karena berhasil menangani berbagai pemberontakan. Bersama prajurit-prajuritnya, dia berhasil mengatasi Pemberontakan Kuti.
Berkat keberhasilan tersebut, Gajah Mada diangkat sebagai patih di Kahuripan, Daha, dan akhirnya Kerajaan Majapahit. Saat diangkat menjadi Patih Amangkubumi Majapahit, Gajah Mada mengucapkan sumpah untuk menaklukan seluruh Nusantara di bawah Kerajaan Majapahit.
Menurut beberapa sumber, selama menjalankan tugas tersebut, dia akan puasa memakan buah palapa. Maka dari itu, sumpah ini dinamakan Sumpah Palapa.
Gajah Mada wafat pada tahun Saka 1286 (1364 Masehi). Setelah dirinya meninggal, Raja Hayam Wuruk merasa sedih. Dia segera mengadakan pertemuan untuk mencari pengganti Gajah Mada.
Berikut kisah Gajah Enggon, pengganti Gajah Mada sebagai Patih Amangkubumi Majapahit dilansir dari berbagai sumber, Minggu (25/9/2022).
Dilansir dari buku Tafsir Sejarah Nagarakertagama karangan Slamet Muljana, Hayam Wuruk segera melakukan pertemuan bersama Dewan Pertimbangan Agung Majapahit untuk mengambil keputusan atas kepergian Gajah Mada.
Dewan Pertimbangan Agung Majapahit terdiri dari ibunda Tribhuwana Tunggadewi, ayahanda Sri Kertawardhana, bibinda Dyah Wiyah Rajadwi Maharajasa, pamanda Sri Wijayarajasa, adinda Bhre Lasem beserta suaminya Sri Rajasawardhana, dan adinda Bhre Pajang beserta suaminya Sri Singawardhana.
Namun, pertemuan tersebut ternyata tidak membuahkan hasil ihwal pengganti Gajah Mada. Mereka merasa tidak ada seseorang yang layak di antara para perwira ataupun menteri.
Pertemuan berakhir dengan keputusan bahwa Gajah Mada tidak akan diganti. Hayam Wuruk akan memegang dua jabatan sekaligus, yaitu sebagai raja dan patih amangkubumi.
Kemudian, melansir dari Kitab Sejarah Terlengkap Majapahit karangan Teguh Panji, dalam kitab Pararaton disebutkan posisi patih amangkubumi kosong selama tiga tahun. Tak lama setelah itu, Raja Hayam Wuruk mengeluarkan Piagam Panataran. Raja Hayam Wuruk mengangkat Gajah Enggon sebagai patih amangkubumi di Kerajaan Majapahit pada 1367.
Dilansir dari buku Gajah Mada karangan Langit Kresna Hariadi, Gajah Enggon adalah salah satu prajurit dalam pasukan khusus Bhayangkara. Tugas pasukan ini adalah melindungi seluruh keluarga Kerajaan Majapahit, ikut andil dalam invasi, menjaga keamanan, dan menegakkan hukum kerajaan.
Gajah Enggon, pengganti Gajah Mada ternyata memiliki nama lain, yaitu Gajah Pradamba. Ketika masih muda, Gajah Enggon telah terkenal memiliki kemampuan kanuragan yang tinggi di antara prajurit-prajurit yang lain.
Saat menjadi bagian dari Bhayangkara, dia ikut serta menyelesaikan Pemberontakan Kuti dan pemberontakan di Sadeng dan Keta. Gajah Enggon juga diangkat sebagai kepala pasukan Bhayangkara.
Tidak ada sumber yang menjelaskan secara lengkap mengenai sosok Gajah Enggon. Pada Kitab Negarakertagama juga tidak memuat Gajah Enggon lantaran baru dilantik 1367. Sementara kitab yang memuat cerita Majapahit tersebut telah siap duluan pada 1365.
Namun, keadaan Kerajaan Majapahit pada saat Gajah Enggon menjadi patih amangkubumi terus menurun. Majapahit terbelah menjadi Majapahit Kulon dan Majapahit Wetan.
Selain itu, daerah kekuasaan Kerajaan Majapahit banyak yang berusaha memisahkan diri untuk membentuk negara sendiri. Masalah tersebut ditambah konflik internal yang menghasilkan perang saudara, dikenal dengan nama Perang Paregreg.
Itulah cerita mengenai Gajah Enggon, pengganti Gajah Mada. Semoga bisa menambah wawasan terkait sejarah Kerajaan Majapahit.
Editor: Rizky Agustian