Empati, Perajin Ini Jadikan Peristiwa Tragedi Kanjuruhan sebagai Motif Batik
MALANG, iNews.id - Perajin batik di Malang Ita Fitriyah membuat motif unik berupa gambar tragedi Kanjuruhan. Motif khusus ini sengaja dibikin warga Desa Ngijo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang sebagai bentuk keprihatinan atas tragedi yang menewaskan 135 orang tersebut.
Selain itu, Ita juga berlasan, motif batik tragedi Kanjuruhan betujuan untuk membantu para korban tragedi Kanjuruhan yang hingga kini masih berjuang untuk mencari keadilan hingga tuntas.
Motif batik tragedi Kanjuruhan diambil dari cerita anaknya bernama Lintang, yang hadir di Stadion Kanjuruhan ketika tragedi kemanusiaan dalam sepakbola terbesar nomor dua di dunia ini terjadi. Tak hanya cerita dari anaknya, cerita dari beberapa masyarakat mengenai betapa memilukannya tragedi Kanjuruhan, juga menjadi inspirasi Ita.
“Batik lintang membuat suatu karya tentang motif tragedi kanjuruhan, berdasar dari cerita siswa siswi kami dan juga cerita anak kami,” kata Ita Fitriyah, Senin (26/12/2022).
Pada batik motif tragedi kanjuruhan itu, ita menggambarkan tangan berbentuk emoji harapan, serta pita hitam tanda berduka. Selain itu ada motif gambar singa bermahkota dan ada asap berwarna merah seperti yang diderita korban, menggambarkan bagaimana pilunya peristiwa tragedi Kanjuruhan.
“Ini motif menceritakan ada banyak korban jiwa, kami gambarkan dengan tangan berbentuk emoji harapan, ada minta tolong dalam tragedi tersebut. Lalu ada syal berwarna hitam tanda berduka. Kemudian ada singa bermahkota seperti patung yang ada di Kanjuruhan," kata Ita.
"Selanjutnya ada motif asap bentuk asap dari tragedi kanjuruhan, kenapa berwarna merah, kami mengambil dari warna mata merah yang diderita korban. Lalu kepala kainnya berserakan puing-puing dan latarnya berwarna biru,” tuturnya.
Untuk konseptual hingga memproduksi kain batik khusus tragedi Kanjuruhan ini, Ita membutuhkan waktu kurang lebih dua minggu. Dimana dua minggu untuk penggambaran konsep dan dua mingu untuk proses pengerjaan batik tulis.
Editor: Ihya Ulumuddin