Cerita Raden Wijaya, Nikahi Putri Raja Singasari dan Melayu Demi Dirikan Dinasti Baru
SURABAYA, iNews.id - Raden Wijaya menikahi putri Kerajaan Melayu usai sukses mengusir pasukan Mongol yang hendak menguasai Pulau Jawa. Langkah Raden Wijaya ini sempat menuai protes, namun dia bergeming demi sebuah kejayaan dinasti yang dia dirikan.
Kisah pernikahan Raden Wijaya dengan putri Kerajaan Melayu ini bermula dari keberhasilan pasukannya mempertahankan Pulau Jawa dari Mongol. Keberhasilan itu nyaris bersamaan saat militer Kerajaan Singasari kembali dari pelayarannya di Sumatera. Tepat sepuluh hari pasca Mongol diusir tentara Raden Wijaya, pasukan militer ekspedisi Pamalayu yang dicanangkan raja terakhir Kertanagara kembali.
Kembalinya pasukan Singasari ini turut membawa dua putri Kerajaan Melayu yakni Dara Jingga dan Dara Petak. Sang raja Melayu mengirimkan kedua anaknya sebagai calon mempelai yang bakal dinikahi oleh Raja Kertanagara.
Raja Melayu itu tak tahu kabar bahwa Kertanagara telah wafat karena sebuah serangan mematikan dari Jayakatwang. Dikutip dari buku "Gayatri Rajapatni : Perempuan Dibalik Kejayaaan Majapahit" tulisan Earl Drake, Raden Wijaya sebagai menantu dari Kertanagara tak tahu harus berbuat apa dan sempat dibuat bingung.
Namun keputusan pun ia ambil untuk tidak mengembalikan kedua putri raja tersebut. Alasannya simpel karena Raden Wijaya takut melecehkan sekutu lama Kerajaan Singasari di Sumatera itu.
Maka Raden Wijaya pun menawarkan salah satu putri dari raja Melayu itu ke seorang perwira senior. Sementara dirinya menerima satu lamaran sebagai istri, pilihannya jatuh pada Dara Petak. Alhasil Raden Wijaya cepat-cepat menikahi sang putri raja yang lebih muda, Dara Petak, melalui sebuah upacara kecil-kecilan.
Namun langkahnya ini dianggap terlalu gegabah. Memang seorang penguasa diperkenankan memiliki beberapa istri sekaligus. Namun biasanya perkawinan semacam itu hanya dilakukan untuk alasan-alasan yang berhubungan dengan kedinastian saja.
Keputusan menikahi putri Raja Melayu dinilai amat penting. Pasalnya Raden Wijaya sedang mendirikan sebuah dinasti baru di masa krisis, penting baginya untuk mengukuhkan integritasnya dengan mempererat jalinannya dengan keluarga terdahulu yakni Kertanagara.
Raden Wijaya pun mempertimbangkan untuk menikahi putri Kertanagara lainnya demi mempertegas benang merah di antara kedua dinasti. Namun kini hubungannya dengan seorang putri rendahan yang bukan Jawa dipandang sebelah mata, menggusarkan istrinya dan sejumlah warga keraton. Dara Petak dianggap tak pantas bersanding dengan Raden Wijaya.
Bahkan kabar pun dihembuskan Dara Petak jauh dari seorang putri yang rendah hati dan anggun. Kelakuannya dinilai kasar, busana yang dikenakan seronok, mulutnya cabul, dan isi kepalanya hampa.
Tersiar pula sejumlah kabar burung bahwa ia sempat main gila dengan salah seorang perwira pengawalnya selama perjalanan panjang dari Sumatera ke Jawa. Akhirnya, Raden Wijaya memutuskan untuk memingit perempuan yang bakal dinikahi dari Sumatera itu.
Editor: Ihya Ulumuddin