Cerita Penculikan Soekarno Hatta ke Rengasdengklok Sehari Jelang Proklamasi Kemerdekaan
Singgih merupakan putra Panji Singgih, teman Soekarno dalam pergerakan nasional. Sementara Sukarni berasal dari Blitar, orang tuanya dimungkinkan kenalan orang tua Soekarno.
Saat rapat di kafe Hawaii di Cikini pada 15 Agustus 1945, sekolompok pemuda radikal pimpinan Chaerul Saleh, yakni Sukarni, Wikana, Adam Malik Joesoef Kunto, Singgih dan dr Moewardi, pemimpin Barisan Pelopor, menugaskan Sukarni sebagai pemimpin penculikan.
Bung Karno sebenarnya jengkel dengan sikap para pemuda, namun tidak diungkapkan terbuka. Di kemudian hari, kepada Ktut Tantri, Bung Karno menceritakan kejengkelannya tersebut:
"Pemuda itu bisa saya tampar, kalau saya mau. Mereka itu anak-anak teman saya, dan saya sudah kenal mereka sejak kecil."
Saat Singgih dan Bung Karno sedang berunding, Guntur Soekarnoputra tiba-tiba menangis. Fatmawati ingin menyusui bayinya, namun botol susu tertinggal di mobil sedan saat pindah ke panser. Fatmawati meminta beberapa prajurit Peta untuk mencarikan botol susu.
Hatta yang tidak tahan mendengar tangisan bayi lantas menggendong Guntur keluar dan memangkunya. Saat itu Guntur mengompoli Bung Hatta.
Bung Karno, Bung Hatta, Fatmawati dan Guntur Soekarnoputra kemudian ditempatkan di sebuah rumah milik orang Tionghoa. Oleh para pemuda, rumah tersebut telah dikosongkan.
Bung Karno sempat terbujuk rencana para pemuda, bahwa prajurit Peta dan Heiho akan melakukan pemberontakan di Jakarta. Namun kemudian Bung Karno kembali berubah pikiran.
“Soekarno dan Hatta menyatakan kepada Sukarni bahwa mereka tetap berpegang pada rencana mereka sendiri, yaitu suatu proklamasi kemerdekaan melalui komisi persiapan kemerdekaan”.
Soekarno juga mengatakan kepada Sukarni, tanggal 16 bukan waktu yang cocok untuk mengumumkan kemerdekaan, dan sebaiknya pada hari Jumat tanggal 17 yang kebetulan dalam penanggalan Jawa adalah Jumat Legi.
Editor: Reza Yunanto