Cerita Kerajaan Sriwijaya, Kuasai Perdagangan Internasional hingga Disegani Dunia
Raja-raja Sriwijaya menjalin hubungan persahabatan dengan Chola dan China yang pada saat itu merupakan dua kekuatan besar di kawasan Asia Tenggara. Persahabatan tersebut diartikan sebagai antisipasi ancaman dari Jawa.
Pada catatan Dinasti Sung, Sriwijaya diperkirakan menghadapi lawannya dari Pulau Jawa, yang tak lain adalah Mataram Kuno, yang saat itu diperintah oleh Raja Dharmmawangsa Tguh.
Hubungan diplomatik itu terus berlanjut terjadi pada 1016, 1017, dan 1018, dimana utusan Sriwijaya dikirimkan ke China. Untuk kepentingan diplomatik, Sriwijaya tak keberatan membayar upeti kepada China dan mengakui sebagai negara yang berkuasa. Ini adalah bagian dari usaha diplomatik untuk menjamin agar China tidak membuka perdagangan langsung dengan negara lain di Asia Tenggara yang dapat merugikan Sriwijaya.
Sedangkan persahabatan dengan Chola diwujudkan dengan bantuan pendirian bangunan suci agama Buddha di Nagipattana oleh Raja Chola bernama Raja Kesariwarman Rajaraja I pada 1005-1006 Masehi.
Bangunan ini selanjutnya diberi nama Cudamanivarmavihara. Chola ini berlokasi di India selatan, yang merupakan salah satu kerajaan besar dalam tradisi Tamil. Kerajaan Chola mencapai masa kejayaannya pada masa pemerintahan Rajaraja I tahun 985-1014 Masehi.
Editor: Ihya Ulumuddin