Cerita Kehancuran Kerajaan Banten akibat Politik Pecah Belah VOC

SURABAYA, iNews.id - Kerajaan Banten berjaya di bawah kepemimpinan Sultan Ageng Tirtayasa. Namun, belakangan, kejayaan itu hancur akibat politik pecah belah VOC Belanda.
Dikisahkan pada buku "Untung Surapati: Melawan VOC Sampai Mati" tulisan Abdul Waid, di bawah pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa memiliki armada yang kuat dan menakjubkan. Bahkan Kesultanan Banten sanggup menggaji para pekerja Eropa.
Tak hanya itu, Kerajaan Banten mengamankan jalur pelayaran dengan mengirimkan armada lautnya ke Kerajaan Sukadana (Kerajaan Tanjungpura) serta menaklukkannya di tahun 1661. Pada masa itu, Kerajaan Banten juga tengah berusaha keluar dari tekanan VOC yang sebelumnya memblokade kapal-kapal dagang ke arah Banten.
Pada tahun 1680 Masehi, terjadilah perebutan kekuasaan di internal kerajaan. Sultan Ageng Tirtayasa terlibat perebutan kekuasaan dengan putranya bernama Sultan Haji. Perselisihan antara ayah dan anak ini dimanfaatkan betul oleh VOC untuk memberikan dukungan kepada Sultan Haji, sehingga perang saudara pun tak dapat dihindarkan lagi.
Sementara dalam memperkuat posisinya, Sultan Haji mengirimkan dua orang dutanya untuk menghadap raja Inggris di London pada tahun 1682 Masehi. Tujuannya agar Sultan Haji mendapat dukungan dan bantuan persenjataan.
Perang tak seimbang antara ayah dan anak pun tak terhindarkan. Hal ini memaksa Sultan Ageng Tirtayasa mundur dari istana dan melarikan diri ke Tirtayasa.
Sejak itu, nama Sultan Ageng dikenal dengan Sultan Ageng Tirtayasa. Tetapi pada 28 Desember 1682 dikisahkan wilayah Tirtayasa berhasil dikuasai oleh Sultan Haji yang mendapat dukungan dari VOC.
Hal ini membuat Sultan Ageng Tirtayasa beserta Pangeran Purbaya dan Syekh Yusuf dari Makassar memilih menyelamatkan diri ke arah selatan, menuju pedalaman Sunda. Tetapi pada 14 Maret 1683, Sultan Ageng Tirtayasa berhasil ditangkap dan ditahan di Batavia.
Editor: Ihya Ulumuddin