get app
inews
Aa Text
Read Next : Pertempuran Tegal dan Cilacap, Jejak Perlawanan ALRI Terhadap Agresi Militer Belanda 1947

Cerita Berdarah Puputan Klungkung, Pesta Kematian di Balik Keindahan Pulau Bali

Rabu, 22 Juni 2022 - 14:28:00 WIB
Cerita Berdarah Puputan Klungkung, Pesta Kematian di Balik Keindahan Pulau Bali
Ilustrasi perang Puputan di Bali. (repro).

Anak lelaki Dewa juga meninggal dunia terkena berondongan peluru Belanda. Begitu juga dengan Tjokorda, juga melawan sampai titik darah penghabisan. Tanpa rasa gentar sedikitpun, para selir raja menyusul kematian suaminya. “Enam selirnya berlutut dan membiarkan diri mereka ditusuk jantungnya dengan sebilah keris”.

Melihat junjungannya telah tewas, para pengikut yang tersisa bersama istri dan anak-anak mereka di belakangnya maju menyerang dengan memakai tombak. Dalam sekejap mereka menjadi santapan peluru senapan dan meriam Belanda yang berhamburan. Beberapa yang tidak terluka berjalan maju, memungut keris dari tubuh yang bersimbah darah dan lantas menghujamkan ke tubuh sendiri.

“Mereka semua menginginkan kematian,” tulis H H.l Van Kol dalam “Bali Tempo Doloe”. Pertempuran yang tidak seimbang itu menelan banyak nyawa. Dari jarak 100 meter pasukan Belanda, seorang Raja Agung tewas dengan kondisi yang mengenaskan. Di dekat jasadnya, terkapar tubuh istri-istrinya yang juga sudah tak bernyawa. Di belakangnya, menumpuk mayat yang beberapa di antaranya masih hidup dalam keadaan bermandikan darah dan sekarat.   

Sumber sejarah menyebut, sedikitnya 300 orang gugur melawan kolonial Belanda. Mereka yang masih tersisa di kediaman Kerajaan Klungkung, segera diasingkan ke Lombok, termasuk 19 orang yang dianggap memiliki jabatan penting di kerajaan. Inem Semara Pura, Puri atau istana Dewa Agung Gede luluh lantak.

Peristiwa yang terjadi di Klungkung mengulang tragedi dua tahun sebelumnya (1906) di Denpasar yang menewaskan sebanyak 1.200 sampai 1.400 orang rakyat Bali. “Sejak akhir abad ke-18, para penguasa Bali beserta keluarganya menyadari bahwa kekalahan tidak dapat dihindari. Mereka pun memilih mati,” tulis H H Van Kol yang merupakan anggota Dewan Parlemen II Belanda yang pada abad ke-19 menjadi insinyur di Hindia Belanda. 

Editor: Ihya Ulumuddin

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut