BKKBN Berharap Jatim Jadi Contoh Penurunan Angka Stunting di Indonesia

SURABAYA, iNews.id - Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) berharap Provinsi Jawa Timur (Jatim) menjadi contoh penurunan angka stunting di Indonesia. Harapan itu disampaikan karena angka penurunan stunting di Jatim relatif baik di banding daerah lain.
Harapan itu disampaikan Kepala BKKBN Pusat, Hasto Wardoyo saat bertemu Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, Jumat (12/3/2021) malam.
"Kami berharap Jatim bisa menjadi contoh. Sebab di Indonesia belum ada contoh daerah dengan penurunan stunting sangat cepat. Semoga Provinsi Jawa Timur bisa menjadi contoh model Provinsi dengan penurunan stunting tercepat,” tutur Hasto.
Hasto mengatakan, Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) turut mempengaruhi tinggi rendahnya stunting. Dari data yang ada seperti yang diungkapkan oleh dokter Hasto, secara nasional, angka stunting saat ini yakni 26.9 persen. Jumlah tersebut harus diturunkan menjadi 14 persen pada tahun 2024 mendatang.
Bila dilihat dari jumlah balita secara Nasional maka ada 7 juta lebih balita mengalami stunting. Oleh karenanya, BKKBN berusaha keras untuk menekan bayi yang lahir dengan tinggi kurang dari standar. Dari target 14 persen di tahun 2024, maka di tahun 2024 tidak boleh ada balita yang mengalami stunting sebanyak 3.6 juta balita.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan, saat ini ada tiga sistem yang digunakan untuk mendata kasus stunting dan setiap sistem angka stunting berbeda-beda. Karenanya, dia mengharapkan agar hanya ada satu sumber sehingga bisa dijadikan dasar intervensi di kabupaten/kota.
"Sumber data dari satu sumber supaya bupati atau walikota tahu dalam mengukur stunting. Tugas pemerintah kabupaten memetakan dan melakukan intervensi di Posyandu. Bulan timbang menimbang semua balita, itu bisa dijadikan data langsung di Posyandu," ujarnya.
Editor: Ihya Ulumuddin