Saat itu, Soliha meminjam Rp75 juta untuk membuka usaha warung kopi lagi. Uang tersebut digunakan untuk sewa tempat Rp35 juta, sementara sisanya untuk mendesain warung dan membeli perlengkapan seperti meja, kursi.
Hasilnya menggembirakan. Sejak dibuka, Kedai Guci miliknya selalu ramai. Tak hanya siswa sekolah, pelanggan juga datang dari masyarakat setempat dan karyawan. Sampai-sampai, kedai harus buka selama 24 jam.
Soliha mengatakan, paling buruk, untung yang didapat Rp500.000 sampai Rp750.000 setiap hari. Sementara saat ramai, hasilnya bisa tembus sampai Rp1,5 juta.
Sukses Soliha menjalakan usaha warung kopi yang kedua ini mendapat kepercayaan dari BRI. Karena itu, dua tahun lalu, Soliha bisa menambah pinjaman KUR sebesar Rp150 juta. Uang tersebut untuk memperpanjang sewa tempat serta mengganti perlengkapan warung yang rusak.
Soliha merupakan satu di antara ribuan pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang ikut terdampak akibat pandemi Covid-19 saat itu. Bahkan, tak jarang dari mereka yang memiliki tanggungan kredit di bank bingung membayar cicilan.
Berdasarkan survei Bank Indonesia (BI), terdapat 2.600 UMKM dari 2.970 UMKM yang disurvei BI yang terdampak pandemi Covid-19. Mereka tidak mampu bertahan hingga akhirnya gulung tikar.
Saat itulah BRI datang membantu. Selain memberi kemudahan kredit, BRI juga memberikan restrukturisasi kepada para nasabahnya.
Direktur Utama BRI, Sunarso, saat itu, menyebutkan, sampai bulan Mei 2020, terdapat 2,6 juta debitur yang mendapat restrukturisasi kredit dari BRI. Mayoritas penerima restrukturisasi yakni segmen mikro sebanyak 1,2 juta nasabah dengan nilai Rp60,61 triliun.
Kemudian nasabah KUR sebanyak 1,2 juta debitur dengan nilai Rp21,91 triliun dan segmen ritel sebanyak 90.609 debitur dengan nilai 67,76 trilun dan segmen konsumer sebanyak 30.877 debitur dengan nilai restrukturisasi Rp8,42 triliun. Sisanya segmen menengah korporasi sebanyak 69 debitur dengan nilai Rp1,8 triliun.
Editor: Kastolani Marzuki












