Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi, Widji Lestariono mengatakan, metode ini bagian dari inovasi puskesmas. Bila kebanyakan unit layanan kesehatan membuat kompetisi bayi sehat, pihaknya justru melombakan bayi kurang gizi.
"Tapi bukan yang paling kurang gizi yang menang," kata Rio, sapaan akrabnya, di Hotel Aston Banyuwangi, Jatim, Selasa (1/10/2019) malam.
Menurut dia, para bayi dan balita ini awalnya diperiksa kondisi gizinya terlebih dulu dari indikator perkembangan tubuh mereka. Setelah itu, tim memberikan penanganan medis, dan membekali vitamin. Sedangkan orang tuanya mendapatkan edukasi.
Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi, Widji Lestariono, saat memberikan pemaparan soal program dan inovasi kesehatan di tingkat puskesmas. (Foto: iNews.id/AM Ikhbal).
Setelah satu bulan, Rio mengatakan, para orang tua membawa bayi atau balita mereka kembali ke puskesmas untuk diperiksa. Pemenangnya, bayi dan balita yang berat badannya naik signifikan.
"Berapa kilogram berat badannya naik sekarang, lalu dibandingkan sebelumnya. Yang paling banyak (naik), dia yang menang," ujarnya.
Inovasi ini diberi nama "Siramgizi". Sebanyak 45 puskesmas di Kabupaten Banyuwangi menerapkan program tersebut. Bukan hanya satu atau dua program saja, Rio menyebut, sedikitnya ada lima program yang menonjol dan sudah berjalan optimal di semua puskesmas.
Di antaranya, Laskar Sakina, Pujasera, Siramgizi, CHIP'S dan Teropong Jiwa. Kelimanya juga mendapat penghargaan Sinovik (Sistem Informasi Inovasi Pelayanan Publik) dari Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan-RB).
"Tapi banyak program inovasi kita yang lainnya," kata dia.
Editor : Andi Mohammad Ikhbal
Artikel Terkait