Menurut Abraham, proses pembangunan masjid ini memang di luar nalar manusia. Sebab, lokasi masjid berada di atas bukit dengan jalan berkelok. Namun, seluruh kayu konstruksi bangunan masjid bisa diangkat, termasuk kayu jati sepanjang 27 meter sebagai tiang utama.
"Tiang sebesar itu didirikan bukan dengan alar berat, tetapi hanya lilitan bambu. Ini memang di luar nalar. Tetapi berhasil berkat pertolongan Allah," katanya.
Hingga saat ini masjid yang berada di pelosok ini masih dikenal keunikannya. Selain itu, masjid juga sangat makmur karena menjadi tempat ibadah dan dakwah bagi para santri ponpes dan masyarakat sekitar.
Selain untuk beribadah para santri, masjid ini juga rutin digunakan penduduk sekitar pondok untuk mengaji dan menjalankan salat lima waktu.
Editor : Ihya Ulumuddin
Artikel Terkait