Lukisan Pangeran Diponegoro. Saat berusia 20 tahun, sang pangeran mulai melakukan perjalan spiritual ke selatan Jogja. (Foto : ist)

Ini kelak menjadi nyata dalam bakatnya untuk membaca watak melalui ekspresi wajah, yang disebut orang Jawa sebagai ngelmu firasat atau ilmu fisiognomi. 

Nenek buyut Diponegoro inilah yang juga turut berjuang mengusir penjajah kala itu. Dia mendampingi Sultan Hamengku Buwono I dalam seluruh perjuangan melawan Belanda selama Perang Giyanti antara tahun 1746 - 1755. 

Ratu Ageng juga dikenal sebagai perempuan tangguh. Dia menjadi pengawal perempuan elit atau korps prajurit estri, satu - satunya formasi militer yang mengesankan Gubernur Daendels ketika dia mengunjungi Yogyakarta pada Juli 1809. 

Nenek buyut Diponegoro juga dikenal dengan akan kesalehan agama Islam-nya. Dia menikmati sekali membaca kitab - kitab agama dan ingin menjunjung tinggi adat Jawa tradisional di lingkungan keraton.

Dari sanalah Diponegoro akhirnya kerap dekat para kiai, tokoh agama hingga guru aliran kepercayaan Islam yang memiliki pengaruh di Pulau Jawa. 


Editor : Donald Karouw

Sebelumnya
Halaman :
1 2

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network