Atas pertanyaan itu, Seno, menceritakan memilih pertemuannya dengan Risma yang saat itu masih menjabat sebagai Kepala Bappeko Surabaya di kantornya. Kepada Seno, Risma menyatakan ingin maju Pilwali Surabaya 2010 melalui PDI Perjuangan.
"Selain itu, Bu Risma berjanji kepada saya, dihadapan mas Dodik, disitu ada Don Rosano juga, bu Risma akan menjaga kepentingan partai, dalam hal ini simbol Bambang DH akan dijaga," ujar Seno.
Sayangnya, ketika Risma dilantik sudah menyinggung partai. Tidak berterima kasih kepada PDI Perjuangan karena merasa peranan partai tidak ada. "Merasa dipilih oleh masyarakat, dan itu sangat menyinggung partai," jelasnya.
Saat ditanya Sholeh, mengapa Risma tidak pernah menyampaikan keberhasilan Surabaya karena ada peran wali kota sebelumnya? Seno memandang, Risma memang terkesan arogan. Karena sangat jarang dalam semua dialognya menggunakan subyek kami atau kita, yang sering lebih memakai aku atau saya.
”Contoh ndak jauh-jauh saat demo seolah-olah merusak, kemudian apa yang dilakukan, ’jangan merusak kotaku, aku ini siang malam’, itu tidak etis sebagai pemimpin, pemimpin itu harus membawa kebersamaan tim,” kata Seno.
Seno mengatakan, saat Bambang DH mundur dari jabatan wakil wali kota, yang kemudian posisinya diganti oleh Whisnu Sakti Buana (WS) karena bagian dari planning partai. Saat itu, WS sedang menjabat Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Surabaya dan Wakil Ketua DPRD Surabaya.
Editor : Faieq Hidayat
Artikel Terkait