Di sisi lain, Patih Mahisa Anengah justru melihat tak ada ancaman dari dalam negeri di Singasari. Raja Jayakatwang yang berkuasa di Kediri diangkat oleh Kertanegara yang sebelumnya pengalasan di Pura Singasari. Maka Jayakatwang semestinya berutang budi kepada Kertanegara.
Nagarakretagama mencatatkan pemberontakan Mahisa Rangkah pada tahun Saka 1202 atau tahun Masehi 1280. Lima tahun setelah keberangkatan tentara Singasari ke Melayu.
Pemberontakan yang demikian dapat dipahami jika diingat kerusuhan yang timbul akibat pemecatan patih Raganata pada awal pemerintahan Kertanagara.
Kekuatan pasukan yang menipis di dalam negeri Singasari kembali dikurangi. Pada tahun Saka 1206 atau tahun 1284 Masehi Raja Kertanagara kembali mengirim tentara ke Bali. Bali pun dapat ditaklukkan dan rajanya ditangkap dan dibawa ke Singasari sebagai tawanan.
Alhasil keberangkatan pasukan Singasari ke Bali menambah kekosongan Singasari dan membangkitkan nafsu anasir-anasir jahat yang ingin berkhianat dan menggulingkan Kerajaan Singasari.
Kesempatan itu lantas dimanfaatkan oleh para barisan sakit hati seperti Arya Wiraraja yang disingkirkan Kertanegara sebagai pejabat istana. Dia berkoordinasi dengan Jayakatwang di Kediri yang ternyata juga memiliki ambisi menguasai Singasari.
Arya Wiraraja memanfaatkan Jayakatwang sebagai pelampiasan dendamnya kepada Kertanagara semata. Namun ia masih menghormati pemerintahan Singasari secara keseluruhan, salah satunya kepada Raden Wijaya sebagai keturunan Batara Narasinga.
Editor : Reza Yunanto
Artikel Terkait