Siti Mardiyah menunjukkan foto anaknya yang menjadi korban Tragedi Kanjuruhan. (Avirista Midaada).

"Kemana-mana pun selalu sama anak perempuan, cerita apa juga sama anak perempuan, begitu tiba-tiba ada ya sudah, berubah total," ucapnya.

Bahkan karena masih merasa trauma, pengakuannya dia tak pernah lagi melihat televisi (TV) di rumahnya. Dia khawatir berita dan informasi mengenai tragedi Kanjuruhan muncul kembali diingatannya. Kini televisi itu disebutnya, hanya dibiarkan mati di ruangan rumahnya.

"Ini (televisi) enggak pernah saya setel, takutnya ada berita-berita, nggak disetel mulai seteleh kejadian itu, trauma, takut," katanya.

Ia bahkan masih takut ke Stadion Kanjuruhan, untuk melakukan doa bersama. Sebab ketika ia ditemani kakak korban ke stadion, ingatan kengeriannya kembali muncul. Ia membayangkan bagaimana kondisi anaknya ketika di dalam stadion, yang membuat air matanya tak bisa berhenti menangisi kepergian Mitha.

"Nggak bisa ngomong. Kalau saya nangis, makanya kita nggak mau membayangkan, cuma ada grup, kalau nggak ngikut disalahkan, kalau ikut keringat terus ya opo itu," katanya. 


Editor : Ihya Ulumuddin

Sebelumnya
Halaman :
1 2

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network