JEMBER, iNews.id- Perempuan itu bernama Lilik Sri Supatmi. Kelahiran Malang yang sudah berumur 88 tahun. Namun di kalangan Marhaenis Jember, khususnya kader dan simpatisan PDI Perjuangan, namanya cukup familier sebagai Nyonya Made Dangin.
Made Dangin sudah meninggal dunia. Dia dedengkot partai berlogo Banteng Bulat Moncong Putih. Pernah menjabat Ketua DPC PDI Perjuangan Jember. Sebagai aktor gerakan Pro Mega Jember. Pun pernah menjadi anggota dewan di Senayan Jakarta.
Senin (7/8/2023) siang, Nyonya Made Dangin mengajak anak-anaknya beserta menantunya, bertemu mantan Bupati Jember Dokter Faida, di Rumah Sakit Bina Sehat (RSBS) Jember. Tempat sang suami dirawat sebelum ajal menjemput.
Berbincang akrab di ruang kerja Dokter Faida, layaknya keluarga. Sampai sang dokter yang kini menjabat Ketua Harian DPW Perindo Jatim, meneteskan air mata haru, setelah mendengar kisah hidup inspiratif Lilik Sri dan Made Dangin mendidik delapan orang anaknya.
Lilik Sri yang berbeda umur lebih tua lima tahun dengan sang suami, hidup di keluarga yang menjunjung tinggi perbedaan. Mulai dari agama hingga budaya yang berbeda, bukan menjadi penghalang. Bahkan, keluarga mereka tergolong ideal dan jadi panutan. "Keluarga Pak Made Dangin dan ibu, menjadi salah satu inspirasi hidup kami," kata Dokter Faida.
Perbincangan akrab itu sempat beberapa kali terhambat komunikasi. Ternyata, Lilik Sri Supatmi, mengalami gangguan pendengaran karena faktor usia. "Ibu pernah pakai alat bantu pendengaran. Sekarang sudah dicopot, karena sudah tidak begitu berfungsi dengan baik," kata Lukman Winarno, menantunya yang pernah menjabat Wakil Ketua DPRD Jember.
Mendengar ada masalah yang demikian, Dokter Faida langsung memanggil staf di rumah sakitnya, untuk memfasilitasi alat bantu pendengaran ke Lilik Sri. "Tidak perlu kapan. Sekarang langsung kami periksa. Nanti alat bantu pendengarannya kami yang fasilitasi," janjinya.
Selain Lukman Winarno yang ikut hadir, ada juga pengacara kondang di Jember, Zainal Marzuki, yang juga menantu Made Dangin. Bahkan, juga ada Rektor Universitas Abdurachman Saleh Situbondo, Doktor Karnadi.
Editor : Mahrus Sholih
Artikel Terkait