Mendengar kalimat itu, beberapa di antara pelanggan kembali. Sementara sebagian lagi memilih menunggu. Berharap kiriman segera datang dan dia bisa mengisi.
“Daripada jauh ke SPBU mending ke sini pak. Harganya sama Rp9.000. Kalau eceran malah Rp10.000 gak sampai seliter, ” kata salah seorang pedagang sayur, Najih Muslim.
Selisih Rp1.000 bagi pedagang sayur seperti Nasih sangatlah berarti. Sebab, setiap hari dia harus keliling kampung menggunakan motor.
Najih mengaku sangat terbantu dengan fasilitas Pertashop tersebut. Sebab, jarak SPBU relatif jauh dari tempat tinggalnya di Desa Bedalisodo, kawasan lereng Gunung Kawi. Belum lagi akses lalu lintas menuju SPBU juga padat dan sering macet.
“Habis waktu kalau ke sana. Apalagi, kalau sedang buru-buru,” katanya.
Kondisi itu diakui salah seorang karyawan Pertashop 5p.65106 Wagir, Deni Syaputra. Menurutnya banyak warga di lereng Gunung Kawi serta desa pelosok di wilayah Wagir yang datang ke tempatnya.
Sebab, banyak di antara mereka yang bekerja di kawasan Parangargo. Mulai dari buruh pabrik, karyawan toko, atau pedagang pasar.
“Di sini dekat dengan kecamatan. Ada pasar dan pabrik, jadinya ramai,” tuturnya.
Secara geografis, Desa Parangargo memang dekat dengan pusat perekonomian Wagir. Akses jalan yang melintasi Pertashop 5p.65106 Wagir juga terhubung dengan Pabrik Gula Kebonagung, kawasan Wisata Kota Batu serta pusat Kota Malang melalui jalur Dieng.
Itu sebabnya, stok bahan bakar di Pertashop 5p.65106 Wagir cepat habis. Deni mengatakan pasokan 3.000 liter Pertamax di tempatnya bisa habis dalam sehari.
“Pertashop di sini paling ramai dari yang lain,” katanya.
Deni mengatakan pada awal berdiri, Pertashop 5p.65106 Wagir hanya menghabiskan 500-1.000 liter. Tetapi, sekarang bisa sampai 3.000 liter.
“Sebab, awalnya orang ragu. Takut harganya mahal melebihi SPBU dan tidak resmi. Tapi sekarang tidak lagi,” ucapnya.
Sales Branch Manager I Pertamina Malang Raya Ahmad Ubaidillah Maksum mengatakan, kehadiran Pertashop bukan sekadar memberi kemudahaan masyarakat mendapatkan Bahan Bakar Minyak (BBM), tetapi juga membantu pertumbuhan ekonomi masyarakat di tingkat desa.
“Karenanya kami punya tagline One Village One Outlet (OVOO). Target kami Pertashop bisa mendukung pertumbuhan ekonomi desa,” katanya.
Ubaid mengatakan, sejak diluncurkan tahun lalu, pertumbuhan Pertashop cukup pesat. Di wilayah Malang Raya misalnya, saat ini sudah terdapat 25 outlet yang telah beroperasi. Jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah mengingat potensi serta respons masyarakat yang cukup bagus.
Ikhtiar Pertamina mendongkrak ekonomi masyarakat desa melalui Pertashop mendapat apresiasi dari Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa. Bahkan dia berharap Pertashop tidak hanya survive di tingkat desa, tetapi juga pondok pesantren sebagaimana gagasan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Diketahui, Menteri BUMN Erick Thohir memberikan target kepada Pertamina untuk mendirikan 10.000 Pertashop di pondok pesantren. Misi itu dilakukan untuk membangun kemandirian ekonomi umat, sekaligus menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat.
Editor : Donald Karouw
Artikel Terkait