SURABAYA, iNews.id - Fenomena El Nino diperkirakan melanda sejumlah wilayah pada Agustus 2023 mendatang. Pemerintah sempat memberikan warning El Nino dapat berpotensi menyebabkan kebakaran hutan dan lahan hingga kekeringan yang cukup luas di beberapa daerah.
Pengamat Lingkungan Universitas Airlangga (Unair), Wahid Dianbudiyanto, mengatakan pemerintah bisa mengantisipasi dampak El Nino sedini mungkin. Salah satunya dengan melaksanakan adaptasi dan berkolaborasi dengan beragam pihak, termasuk melakukan edukasi dan kampanye.
Selain itu, teknologi modifikasi hujan dapat dilakukan sehingga dapat membantu saat Indonesia dilanda kekeringan panjang.
“Misalkan pada tahun ini, El Nino akan datang ke Indonesia pada bulan Agustus. Maka bisa dikampanyekan untuk menyimpan sebanyak-banyaknya air pada reservoir-reservoir yang ada. Delapan tahun lalu, Indonesia kurang siap sehingga dampaknya cukup berat,” ujar Wahid, Kamis (4/5/2023).
Dia mengatakan, El Nino merupakan fenomena di mana air laut di Samudera Pasifik lebih panas dari biasanya. Tambahnya, El Nino merupakan bagian dari fenomena yang lebih besar yaitu El-Nino-Southern Oscillation (ENSO), dan bagian lainnya adalah La Nina.
“Jika El Nino merupakan peristiwa memanasnya suhu air di luar batas kewajaran di kawasan Samudera Pasifik, maka La Nina merupakan peristiwa pendinginan air di luar batas kewajaran di area tersebut,” katanya.
Ia melanjutkan, penyebab terjadinya El Nino dan La Nina (ENSO) adalah karena terjadinya Southern Oscillation, yaitu perubahan tekanan udara pada laut tropis Samudera Pasifik. Saat air laut di sisi tropis Samudera Pasifik memanas, maka atmosfer di atasnya menurun tekanannya.
“Di saat inilah terjadi perubahan pola tiupan angin yang dapat menyebabkan perubahan pola iklim, yang cenderung menghasilkan iklim yang cukup ekstrem,” ujar Dosen Teknik Lingkungan tersebut.
Editor : Rizky Agustian
Artikel Terkait