Pelukis Basoeki Abdullah (Foto: Repro/ist)

Bagi Basoeki, melihat adalah bagian dari belajar. Menghayati adalah mengolah pelajaran dan merenung adalah upaya mengkristalisasi olahan pelajaran. Dalam kesempatannya menikmati isi galeri dan museum, karya-karya pelukis abad 17, seperti Gerrit Dou yang mengusung tema kedokteran, telah memikatnya.

Pelukis alam benda Frans Snyders dan Pieters Janzs Saenredam yang gemar menggambar kota-kota tua, juga tak luput dari perhatiannya. Namun hati Basoeki Abdullah lebih tertambat pada karya pelukis Anthony van Dyck (1599-1641).  Lukisan-lukisan Anthony yang bertema manusia menjadi bagian penting dari acuan dunia kesenilukisannya.

“Menurut penuturannya, karya-karya pelukis inilah yang mendorongnya untuk menjadi pelukis potret,” kata Agus Dermawan T dalam Basoeki Abdullah Sang Hanoman Keloyongan.

Kehadiran Basoeki Abdullah menarik perhatian para mentornya di akademi. Hogeward dan Meyer, para guru utamanya di akademi memujinya. Mereka mengakui Basoeki Abdullah sebagai murid paling terampil saat itu.

“Setelah dulu Saleh Syarif Bustaman (Raden Saleh), kini Basoeki yang paling mengesankan,” puji Direktur Akademi Dr .Ir. Platinga. Basoeki Abdullah menyelesaikan belajarnya di Belanda pada Maret 1937 dalam waktu dua tahun dua bulan atau lebih cepat 10 bulan dari ketentuan tiga tahun.

Selama di negeri Belanda, ia mengalami masa-masa rindu tanah air. Di dalam sebuah kamar berukuran 16 meter, Basoeki menumpahkan kerinduannya. Hasilnya sebuah lukisan Pangeran Diponegoro yang digambarkan mengendarai kuda berlari kencang.


Editor : Ihya Ulumuddin

Halaman Selanjutnya
Halaman :
1 2 3
BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network