JAKARTA, iNews.id - Kritikan pedas pernah diterima Raja Majapahit Hayam Wuruk. Kritikan itu keluar dari pejabat agama Buddha di Kerajaan Majapahit Mpu Prapanca yang juga dikenal sebagai pujangga.
Saat itu memang sosok Hayam Wuruk memerintah sebagai raja penganut Siwa. Hal ini disebut membuatnya kerap bertolak belakang atau mendiskriminasi Budha, kendati telah memprogramkan tiga keyakinan kepercayaan yang disebut tripaksa.
Tak ayal, pendeta Budha yang merupakan kepala pembesar urusan atau pejabat penting urusan Budha Majapahit, bersurat pada Hayam Wuruk. Pendeta Budha dibuat haru dan miris melihat kondisi bangunan bernuansa agama Budha yang berbeda jauh kondisinya dengan Siwa.
Tak pelak ada sedikit rasa iri yang diungkapkan pendeta bernama Prapanca ini, sebagaimana dikisahkan pada buku "Menuju Puncak Kemegahan Sejarah Kerajaan Majapahit", karya Prof Slamet Muljana. Kemudian dia menulis surat dalam bentuk pujasastra kepada sang raja.
Konon isi permintaan ini hanya orang yang mempunyai bakat kepujanggaan besar yang dapat menguraikan maksudnya. Intinya isi surat tersebut berisi rasa iri hati Prapanca melihat pemeliharaan candi makam Siwa Kagenengan dan candi Budha di sebelah selatan tempat tersebut.
Digambarkan dalam bangunan Budha tersebut terdapat sebuah makam terbengkalai sunyi, tembok dan pintunya bekas zaman kebuddhaan masih berdiri. Di dalamnya ada lantai, tetapi kakinya sebelah barat telah hilang, tinggal yang sebelah timur, hanya sanggar dan pemujaan yang masih utuh. Hal ini tentu bertolakbelakang dan menimbulkan pilih kasih di antara agama yang diakui saat itu.
Editor : Donald Karouw
Artikel Terkait