Bung Tomo yang menjalani masa kecil seperti anak biasa pada masanya. (Foto: kemendikbud.go.id)

MALANG, iNews.id - Bung Tomo memulai pendidikan semasa kecil di sekolah rakyat. Sekolah bernama Hollandsch Inlandsche School (HIS) kala itu yaitu sekolah rakyat yang berbahasa Belanda sebagai pengantarnya. 

Sekolah rakayat kini berganti nama menjadi sekolah dasar (SD). Namun nilai dan tingkatannya tetap sama dengan pendidikan dasar. Hal ini sebagaimana dikutip dari buku 'Bung Tomo: Hidup dan Mati Pengobar Semangat Tempur 10 November' tulisan Abdul Waid.

Saat itu sesuai aturan yang dibuat Belanda, anak-anak hanya boleh masuk sekolah rakyat pada usia 6 tahun. Pada masa itu, tidak ada kelompok bermain atau taman kanak-kanak, sebagaimana yang ada seperti sekarang. 

Karena itu Bung Tomo tidak pernah mengenyam pendidikan usia dini hingga dia langsung masuk ke sekolah rakyat dan belajar selama 7 tahun. Hal semacam ini juga dialami semua anak lainnya di masa tersebut.

Sekolah rakyat yang ditempati Bung Tomo di masa kecil sebenarnya termasuk sekolah rendah dengan bahasa pengantar Belanda. Sekolah ini diperuntukkan untuk golongan penduduk keturunan Indonesia asli sehingga disebut juga dengan Sekolah Bumiputera Belanda.

Namun para umumnya, sekolah ini dibangun untuk anak-anak dari golongan bangsawan, tokoh-tokoh terkemuka atau pegawai negeri. Namun akibat perkembangan politik dan gejolak sosial yang terjadi pada masa-masa sebelum dan kemerdekaan, sekolah ini akhirnya dapat dirasakan semua golongan.

Konon Bung Tomo kecil berangkat sekolah dengan berjalan kaki tanpa rasa lelah sedikit pun dan rasa kesabaran tinggi. Dia bergaul dengan semua anak di sekolahnya tanpa terkecuali. 

Bila dibandingkan dengan teman-temannya di sekolah, postur tubuh Sutomo ini memang termasuk kecil. Walaupun bertubuh kecil, dia termasuk anak yang cukup tampan, selalu tampil sederhana dan berperilaku menarik sehingga disenangi teman-temannya. 

Sejak duduk di sekolah rakyat inilah, Bung Tomo kecil telah menampakkan sosok yang sangat menarik dalam setiap pembicaraan. Siapa pun yang berbicara dengannya, termasuk para gurunya, pasti tertarik dan selalu memperhatikannya.

Kendati akrab dan berteman dengan siapa pun, Bung Tomo lebih banyak mengakrabkan diri dengan anak-anak keturunan orang miskin, seperti para buruh dan tani. Di luar jam pelajaran, hampir setiap hari dia menghabiskan waktunya dengan anak-anak miskin.

Seakan-akan Bung Tomo ingin menyelami keadaan mereka dalam keterpurukan ekonomi. Bahkan lebih dari itu, di sekolah Bung Tomo sering membantu anak-anak miskin, meski sekadar berbagi jajan-jajan kecil.


Editor : Donald Karouw

Halaman Selanjutnya
Halaman :
1 2
BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network