Cendekiawan muda Dimas Oky Nugroho saat mengunjungi rumah HOS Tjokroaminoto ini mengungkapkan, di rumah ini tumbuh imajinasi tentang satu bangsa di diri Soekarno muda dan rekan sebayanya dulu. Sebuah bangsa yang merdeka dan berdaulat. Bangsa yang lepas dari penjajahan dan penindasan kemanusiaan.
“Yang bisa dipetik dari rumah H.O.S Tjokroaminoto ialah spirit kebangsaannya. Di masa Tjokroaminoto itu, anak-anak mudanya kan plural dan beragam. Tidak hanya Soekarno, di sana juga ada Musso dan beberapa kawan lainnya," katanya.
Sementara itu, pegiat sejarah Surabayaa, Kuncarsono Prasetyo menyatakan bahwa, Semaun dan Musso tidak bertempat tinggal atau indekos di kediaman HOS Tjokroaminoto. Tapi hanya menimba ilmu di tempat tersebut. Disisi lain, Semaun dan Musso juga kerap bertemu dengan Hendricus Josephus Franciscus Marie Sneevliet atau Henk Sneevliet.
Dari pria asal Belanda inilah Musso dan Semaun menyerap ide dan gagasan tentang komunisme. "Semaun dan Musso kemudian bergabung di ISDV (Indische Sociaal-Democratische Vereeniging) yang dibentuk Sneevliet. ISDV merupakan cikal-bakal PKI (Partai Komunis Indonesia)," ujar Kuncar.
Diketahui, Pemkot Surabaya pada tahun 2017 menjadikan rumah HOS Tjokroaminoto sebagai museum dan menjadi destinasi wisata sejarah. Tak perlu bayar, secara gratis bisa mengunjungi museum ini pada Selasa sampai Minggu. Museum buka mulai pukul 09.00-17.00 WIB.
Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi memastikan akan menjaga sejumlah aset bersejarah di Surabaya. Salah satunya dengan menjadikan bangunan bersejarah menjadi museum.
Setelah rumah HOS Tjokroaminoto, Pemkot Surabaya akan menjadikan rumah kelahiran Soekarno (Bung Karno) di kawasan Pandean, Surabaya sebagai museum sejarah. "Saat ini, Pemkot Surabaya sedang merombak rumah kelahiran Bung Karno tersebut," ujarnya.
Editor : Ihya Ulumuddin
Artikel Terkait