SURABAYA, iNews.id - Bekas rumah tinggal Haji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto di Jalan Peneleh 7 Nomor 29-31, Surabaya, Senin (14/11/2022) masih kokoh berdiri. Selain sebagai museum, rumah ini juga menjadi tempat belajar sejarah bagi para pelajar maupun mahasiswa.
Rumah tua tersebut merupakan kawah candradimuka para pendiri bangsa. Di tempat tersebut mereka digembleng tentang dan menemukan jati dirinya.
Sejarah itulah yang terus diajarkan para guru di Surabaya. Mereka kerap menggelar outing class dengan membawa anak didik mereka ke rumah tersebut.
Guru SMPN XI Surabaya, Suparni, salah satunya. Dia mendampingi para siswanya berkunjung ke bekas rumah tinggal tersebut. Dia memberi penjelasan panjang lebar tentang HOS Tjokroaminoto, terutama perjuangan dari pendiri Sarekat Islam (SI) tersebut. Beberapa siswa juga terlihat melontarkan pertanyaan pada Suparno dan dijawab dengan lugas oleh guru Bahasa Inggris tersebut.
"Kegiatan ini merupakan outing class yang rutin kami gelar tiap tahun. Kebetulan yang ikut hadir ini adalah giliran siswa kelas 7," ujarnya.
Menurut Suparni, kegiatan outing class ke sejumlah tempat bersejarah bagi siswa sangat penting. Hal ini untuk menanamkan jiwa nasionalisme dan patriotisme para remaja dan anak muda.
Apalagi saat ini di era digital, gempuran budaya asing kian marak. Kondisi ini akan berimbas pada lunturnya jiwa kebangsaan pada anak muda. "Outing class ke tempat bersejarah ini sebagai bagian dari penguatan pendidikan karakter," kata Suparni.
Di rumah ini, Soekarno, Semaoen, Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo, Alimin, Musso belajar tentang ideologi. HOS Tjokroaminoto menjadi mentor bagi mereka. Hingga pada akhirnya, Soekarno menjadi nasionalis, Semaoen, Musso dan Alimin menempuh jalan komunis dan Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo memilih fundamentalis Islam.
Rumah HOS Tjokroaminoto ini dibangun pada tahun 1870-an dengan arsitektur khas Jawa. Bagian depan terdapat pagar setinggi 1 meter dilengkapi empat pilar dari kayu, menyokong bagian atap. Lantai rumah berwarna kuning kecokelatan bercampur merah marun, menjadi alas penghias rumah lawas yang bersahaja.
Tokoh bangsa yang lahir di Tegalsari, Ponorogo, 16 Agustus 1882 itu menyediakan sebagian kamar rumahnya sebagai tempat indekos. Mereka yang indekos merupakan kaum pelajar yang datang dari berbagai kota. Termasuk diantaranya, Soekarno, Musso, Semaun, Alimin, Darsono hingga Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo.
Ketika tinggal di rumah ini, mereka digembleng oleh HOS Tjokroaminoto. Di rumah ini, mereka biasa berkumpul untuk berdikusi, berdebat, bercengkerama maupun belajar. Belajar apapun, mulai ilmu agama hingga politik.
Editor : Ihya Ulumuddin
Artikel Terkait